Nantang Perang, OPM Kocar-kacir Hadapi 50 Prajurit TNI

Ilustrasi separatis bersenjata di Papua.
Sumber :
  • Repro Facebook

VIVA – Tentara Nasional Indonesia telah memenuhi tantangan perang gerakan separatis dari Organisasi Papua Merdeka. Bahkan, TNI sudah mengerahkan pasukan ke hutan-hutan Papua.

OPM Minta TNI Tak Jatuhkan Bom, Ancam Bawa Pilot Susi Air ke Medan Perang

Menurut Kepala Penerangan Kodam XVII Cenderawasih, Letkol Inf Muhamad Aidi, TNI tidak mengerahkan pasukan dalam jumlah banyak. Saat ini baru sebanyak 50 prajurit TNI dari berbagai kesatuan yang tergabung dalam operasi khusus.

"50 Personel, 20 dari Yonif 751, 20 dari Yonif 754 dan 10 dari Mako Brigif. Operasi dipimpin, Komandan Brigade Infanteri 20/Ima Jaya Keramo, Kolonel Inf Frits," kata Aidi kepada VIVA melalui sambungan telepon, Jumat siang, 20 April 2018.

Pilot Kapten Philips yang Disandera KKB Belum Ditemukan, Susi Pudjiastuti Minta Maaf

Aidi menuturkan, pengerahan pasukan itu bertujuan utama menyelamatkan warga sipil yang disandera OPM. Namun, dari catatan selama operasi berlangsung, dengan cuma 50 personel, anggota OPM sudah bisa dipukul mundur.

"Hanya 50 orang saja sudah membuat mereka kocar-kacir," kata Aidi.

Jenderal Kopassus Bongkar KKB Dalang Penyerangan di Oksibil: Perintah Jelas, Kejar dan Tangkap!

Baca: Sadis, OPM Siksa Warga hingga Tak Bisa Berbicara

Prajurit TNI  Kodam XVII Cenderawasih.

Bahkan menurut Aidi, prajurit TNI yang bertugas dalam operasi itu hanya dibekali senjata laras panjang dan senjata serbu saja.

"Hanya senapan laras panjang, SS1 dan TNI sama sekali tidak menggunakan roket," ujarnya.

Sejak operasi berlangsung pada 17 April 2018, tak satu pun anggota OPM yang berani memerangi prajurit TNI.

Padahal dari data yang dimiliki TNI, OPM memiliki persenjataan yang jumlahnya cukup banyak dengan jumlah simpatisan mencapai 500 orang.

"Data yang kita dapatkan, mereka memiliki senjata berstandar pabrik antara 40 sampai 50 pucuk," kata Aidi.

Kuasai Kampung

Meski hanya mengerahkan 50 prajurit, terbukti TNI berhasil menguasai kampung-kampung yang sempat diduduki OPM. Bahkan, TNI berhasil membebaskan dan mengevakuasi warga yang disandera kelompok bersenjata itu.

"Sandera berhasil dibebaskan dalam kondisi selamat. Hanya saja mereka mengalami trauma berat, sebab selama penyanderaan berlangsung, mereka disiksa pelaku bersenjata standar militer," kata Aidi.

Baca: TNI Berhasil Bebaskan 13 Sandera dari Tangan OPM

TNI evakuasi warga yang disandera OPM di Papua.

Aidi menuturkan, jika ingin memerangi OPM sampai tuntas, itu bukan pekerjaan sulit bagi TNI. Bahkan untuk melakukan hal itu, TNI hanya cukup mengerahkan prajurit yang hadir dalam Dirgahayu TNI ke 71 pada 5 Oktober 2017.

"Berapa mereka siap. Seluruh satuan TNI yang ada pada 5 Oktober, darat, laut dan udara sudah siap. Itu gambaran kekuatan TNI," kata Aidi.

OPM melalui Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) mengeluarkan ultimatum berperang melawan TNI dan Polri.

Pernyataan ultimatum perang itu diumumkan Mayor Jenderal G.Lekkagak Telenggen, usai dilantik sebagai Kepala Staf Operasi Komando Nasional TPNPB, pada 2 Februari 2018, di Markas Kimagi, Distrik Yambi, Puncakjaya, Papua.

Pembacaan ultimatum itu diunggah TPNPB di akun YouTube resminya. Dalam rekaman video, terlihat ultimatum dibacakan secara resmi dengan latar belakang bendera Bintang Kejora dan dikawal puluhan anggota OPM bersenjata laras panjang.

"Perang jangan berhenti, perang harus tanpa intervensi internasional di Papua. Ultimatum perang, saya sudah umumkan. Jadi, perang harus dilakukan di mana saya, di Papua. Ketentuan, aturan perang kita sudah keluarkan itu. Panglima TNI, Polda harus tunduk pada aturan itu, TPN di seluruh Papua, perang harus berdasarkan aturan ini. Tujuan, kami ingin perang lawan TNI, Polri sudah tercantum dalam aturan TPN," kata Lekkagak.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya