Scan Sonar Tak Mampu Tembus Kedalaman Danau Toba

Kepala Basarnas Marsekal Madya Muhammad Syaugi
Sumber :
  • VIVA/Putra Nasution

VIVA – Tim SAR Gabungan terus berupa melakukan pencarian dan evakuasi korban Kapal Motor Sinar Bangun. Namun, selama empat hari pencarian baru dua korban yang berhasil dievakuasi. Keduanya ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.

Bank Sumut Promosikan Pariwisata Danau Toba Melalui Pertemuan BPD se-Indonesia

Sejak Rabu hingga Jum'at 22 Juni 2018. Tim SAR Gabungan belum juga menemukan korban lagi di perairan danau terbesar di Asia Tenggara itu. Sementara, pihak keluarga korban terus menunggu kepastian akan nasib anggota keluarga mereka.

Kepanikan dan rasa ingin tahu membuat keluarga korban KM Sinar Bangun langsung mendatangi kapal yang membawa alat Multi Beam Scan Sonar setelah kapal tersebut tiba di pelabuhan Tigaras, petang ini. Alat itu digunakan untuk melacak posisi pasti bangkai kapal di seputar lokasi yang diprediksi sebagai area tenggelamnya kapal.

Pelari Indonesia, Malaysia Hingga Amerika Siap Bertarung di Trail of The Kings Danau Toba 2024

Wajah keluarga korban terlihat penuh kesedihan menunggu kepastian kabar dari rombongan Kepala Basarnas Marsekal Madya Muhammad Syaugi bersama Bupati Simalungun JR Saragih.

Ternyata kabar baik itu belum tampak. Kepada keluarga korban, Syaugi mengatakan, alat Multi Beam Side Scan Sonar milik TNI AL tidak mampu menembus kedalaman Danau Toba untuk mencari bangkai kapal.

Puncak Arus Balik Lebaran di Sumut Berlangsung Selama 3 Hari

Alat yang didatangkan memiliki kemampuan menyelam hingga 600 meter. Hingga kedalaman itu, tim gabungan belum menemukan apa-apa. Prediksi awal Basarnas, Danau Toba hanya memiliki kedalaman 500-550 meter berdasarkan peta. Namun, di lapangan kondisi sangat berbeda, diperkirakan melebihi kedalaman 600 meter.

"Sudah kita pasang dari pagi tadi, siang kita bergerak menuju ke perkiraan lokasi tenggelamnya kapal. Ternyata begitu mendekati lokasi kapal tersebut. Alat ini tidak bisa mendeteksi karena melebihi kemampuannya," tutur Syaugi kepada wartawan petang ini, 22 Juni 2018.

Tim SAR Gabungan melakukan evaluasi pencarian hari ini. Untuk itu akan mendatangkan alat lebih cangih dengan bisa menyelam dan mendeteksi keberadaan kapal sampai 2 ribu meter kedalam air. "Kita belum bisa tahu koordinat kapal itu dimana. Tapi perkiraannya tahu. Apalagi, sudah lima hari, sudah bergeser karena arus berubah," ujarnya.

Mulai hari pertama, pencarian dilakukan dengan mengarahkan penyelam dan alat remote underwater vehicle. Namun sayangnya penyelam hanya bisa mencapai kedalaman 50 meter.

"Rencananya, besok helikopter juga akan dikerahkan untuk melakukan pencarian. Selain, perahu yang juga melakukan pencarian di permukaan air," katanya.

Untuk saat ini, Tim SAR Gabungan baru berhasil mengevakuasi 22 korban. Dengan perincian 19 orang temukan dalam keadan selamat, 3 orang dalam keadaan meninggal dunia. Sementara 184 orang masih dinyatakan hilang sampai saat ini. (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya