Lahan Pertanian di Lereng Selamat dari Erupsi Bromo karena Hujan

Abu vulkanik menyembur keluar dari kawah Gunung Bromo di Probolinggo, Jawa Timur, Selasa, 19 Maret 2019.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Umarul Faruq

VIVA – Aktivitas vulkanis Gunung Bromo mengancam hasil pertanian warga lereng gunung. Pasalnya, abu dari gunung dengan ketinggian 2.329 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu menutupi tanaman di ladang petani.

Heboh Banjir di Lautan Pasir Bromo, Ini Penjelasan TNBTS

Kawasan yang terdampak adalah Kabupaten Malang, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Lumajang. Semburan abu vulkanis memang berubah-ubah tergantung arah angin. Beruntung kawasan Pegunungan Bromo Tengger Semeru selalu diguyur hujan.

"Awalnya khawatir, karena kalau tanaman terkena abu Bromo bisa layu dan akhirnya mati. Ya, beruntung hujan setiap hari jadi tidak merusak tanaman. Abunya terkena hujan," kata Petani Hortikultura Desa Ngadas, Poncokusumo, Kabupaten Malang, Kartono, Kamis, 21 Maret 2019.

Ngakak, Bocah Nangis Kejer tak Bertemu Teletubbies di Bromo

Peningkatan aktivitas vulkanis Gunung Bromo terjadi sejak 29 Februari 2019. Statusnya pun mengalami peningkatan dari aktif normal menjadi waspada (level II). Hingga akhir Maret saat ini belum ada tanda-tanda aktivitas Bromo mengalami penurunan.

Adapun material vulkanis yang dimuntahkan Gunung Bromo, berupa abu dan kerikil. Sementara luas lahan pertanian warga Ngadas seluas 324 hektare. Kartono menyebut warga masih belum khawatir mengalami gagal panen. Sebab, guyuran hujan di wilayah Malang membersihkan tanaman kentang, gubis dan bawang yang ditanam warga.

Penampakan Macet 'Horor' di Bromo Saat Libur Natal, Dipenuhi Mobil dan Motor

"Sejauh ini pertanian masih aman, sebab air hujan membersihkan abu Bromo yang menempel di tanaman. Jadi masih bisa diselamatkan untuk panen," ujar Mantan Kepala Desa Ngadas itu.

Kepala Sub Bagian Data Evaluasi Pelaporan dan Humas Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Syarif Hidayat mengatakan, dampak guyuran abu vulkanis setebal 2 sentimeter membuat puluhan pohon di area TNBTS tumbang. Beberapa rumah warga setempat roboh dan area pertanian dipenuhi abu vulkanis.

"Kami mendata lebih kurang 30 pohon tumbang yang infonya karena volume debu dan cuaca. Jenis pohon yang tumbang itu Acacia decurrens. Untuk rumah benar tapi saya tidak memonitor, dalam penanganan camat dan BPBD," tutur Syarif.

Syarif menyebut, kawasan paling parah terdampak adalah Cemorolawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, kemudian kawasan Pananjakan dan Wonokitri, Kabupaten Pasuruan.

"Material vulkanis Bromo berupa abu dan kerikil. Abu vulkanis yang menutup atap rumah dan tanaman pertanian informasinya setebal 0,5 sentimeter hingga 1 sentimeter," kata Syarif.  (mus)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya