Ormas Kristen Kawal Salat Ied di Masjid Pertama di Manado

Ribuan umat Muslim melaksanakan salat Id di Masjid Agung Awwal Fathul Mibien, Manado.
Sumber :
  • VIVA/Agustinus Hari

VIVA – Umat Muslim di Kota Manado, Sulawesi Utara, menjalani Salat Idul Fitri 1440 Hijriah di Masjid Agung Awwal Fathul Mibien, Kelurahan Islam, Manado. Saat salat Id berlangsung, jemaah mendapat pengawalan organisasi masyarakat dari Kristen Protestan dan Kristen Katolik. 

Dua ormas itu adalah Panji Yosua dari Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) yang merupakan gereja Prostestan kedua terbesar di Indonesia setelah Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Panji Yosua dari GMIM Tasik Generazet Sindulang II ini sejak pukul 06.30 WITA sudah bersiaga di depan masjid. Selain memberi salam kepada umat Muslim yang datang ibadah, mereka juga mengatur arus lalu lintas. 

Ikut bergabung juga ormas dari Kristen Katolik, Legium Christum (LC) Paroki Ratu Rosari Suci Tuminting.

“Kami yang datang pagi ini ada 10 orang. Pengamanan di masjid ini sudah kami rencanakan sejak pekan lalu. Dan rutin setiap tahun saat perayaan Idul Fitri,” ujar personil Legium Christum, Jemmy Motorbongs, di Manado, Rabu 5 Juni 2019. 

Saleh, warga Muslim yang ikut sembahyang, mengaku bangga dengan toleransi di Manado yang masih cukup kuat terjaga. “Salut dan bangga buat kawan-kawan Kristen di sini yang menjaga kami sedang sembahyang. Kami yakin tidak akan terjadi apa-apa saat kami salat, tapi bukan di situ nilainya, kehadiran saudara-saudara kita Kristen menandakan kebersamaan dan toleransi yang kuat,” ujar tokoh pemuda Muslim ini. 

Mesjid Agung Awwal Fatul Mibien yang berada di kawasan Manado bagian Utara, tepatnya Jalan Hasanudin, Kelurahan Islam Manado, Kecamatan Tuminting, merupakan masjid tertua di Manado, atau masjid pertama berdiri di Manado. Kini dalam kondisi pemugaran yang dibantu dananya oleh mantan Presiden RI, Megawati Soekarnoputri. 

Masjid Pertama di Minahasa

 Mesjid Agung Awwal Fathul Mibien, Kelurahan Islam, Manado.

Kuasa Hukum Akan Hadirkan Saksi dari Manado untuk Ringankan Hukuman Bharada E

Masjid ini merupakan salah satu bukti sejarah masuknya Islam di tanah Minahasa. Bila hendak ke tempat ini dari pusat kota, hanya butuh waktu 5 menit saja dan mudah mendapatkannya karena berada tepat di depan jalan utama.

Masjid ini sudah lima kali direnovasi, dan sudah tidak nampak keaslian rumah ibadah yang pertama dibangunnya pada tahun 1776 oleh pendatang dari Ambon. Saat ini terlihat sementara dalam proses renovasi untuk kali ke enam. Kini renovasi masjid itu sudah mencapai 70 persen, dan tersisa perbaikan beberapa item bangunan masjid tersebut.

8 Makanan Khas Manado Terpopuler Wajib Dicoba

Ketua Panitia pembangunan, Hamzah Radjap menjelaskan  sejarah singkat sebagaimana yang dia kutip dari Almarhum Ust Said Taha Bachmid, bahwa Mesjid Awwal Fathul Mubien artinya masjid pertama pembuka yang nyata.

“Sejarah awalnya dari 1760 di bawah kekuasaan kolonial Belanda, ada beberapa orang Muslim asal Ternate, Makiang dan Ambon datang bermukim di Manado. Kemudian pada 1770 mulai berdatangan Muslim dari Jawa Tengah, Jogjakarta dan Jawa Timur sehingga mereka menetap dan memberi nama desa Suraya (jenis tumbuhan yang tumbuh di wilayah ini) dan sekarang namanya Kampung Islam,” ujar Hamzah.

Polisi Diduga Tembak Warga hingga Tewas, LBH Manado Beberkan Kronologi

Dijelaskannya pada tahun 1776 mereka membuat tempat ibadah bersifat darurat berbentuk Langgar, berlantaikan tanah, atap daun rumbia serta dinding anyaman bambu. Orang Muslim mulai berdatangan dari Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Sulawesi serta Jemaah dari Yaman Hadra Maud.

Mereka berprofesi sebagai pedagang, guru mengajar membaca Al-Quran, Maulida, Barzanji, Handra, Samrah dan bela diri pencak silat. “Semua budaya itu masih terpelihara sampai sekarang” tuturnya.

Seiring dengan bertambahnya jumlah jemaah, pada tahun 1802 status tempat ibadah itu menjadi masjid, selanjutnya pada tahun 1830 mengalami renovasi menjadi ukuran 8 x 8 meter persegi, berfondasi batu karang dan lantai papan. Pembangunan itu bertepatan dengan dibuangnya Pangeran Diponegoro beserta pengikutnya ke Manado.

Kemudian pada 1930 terjadi renovasi ketiga menambah luas bangunan menjadi 8 x 12 meter persegi. Tahun 1950, 1967, 1975, ditambah luas bangunan, dan bagian interior. Serta 1983 dibangun menara masjid sebagai pelengkap.

Akhirnya pada 1994 bangunan mengalami penambahan tiga meter samping kiri dan kanan. Fisik bangunan ini bisa bertahan sampai 48 tahun sejak dibangun tahun 1967.

Departemen Agama menetapkan tanggal 1 Juli 1991 sebagai bukti Syiar Islam pertama di Manado dan Minahasa. Perjalanan sejarah Masjid ini disadari kaya akan kearifan lokal, sehingga jadi barometer kerukunan umat beragama di Indonesia khususnya di Sulut. (ren)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya