BPS: Angka Kemiskinan di Jawa Barat Turun 6,91 Persen

Suasana permukiman kumuh di belakang Mall Cihampelas Walk, Bandung, beberapa waktu silam.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

VIVA - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat mencatat kemiskinan dan ketimpangan di Jawa Barat mengalami penurunan. Sampai pada Maret 2019, penduduk miskin di Jawa Barat menurun sebanyak 140,2 ribu jiwa.

8 Negara dengan Tingkat Kemiskinan Terendah di Dunia

Jumlah tersebut menunjukkan penurunan angka kemiskinan dengan persentase 6,91 persen dibandingkan pada 2018 mencapai 7,25 persen, dengan pendapatan per kapita naik dari Rp371 ribu menjadi Rp386 ribu.

“Indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan sama - sama menunjukan kecenderungan menurun,” kata Kepala BPS Jawa Barat, Dodi Herlando, Senin 15 Juli 2019.

Pj Gubernur Agus Fatoni Beberkan Jurus Turunkan Kemiskinan Ekstrem di Sumsel

Dodi menerangkan indeks kedalaman kemiskinan turun dari 1,134 menjadi 1,095 atau turun sebesar 0,039 poin. Sedangkan indeks keparahan kemiskinan, turun dari 0,265 menjadi 0,241 atau turun sekitar 0,024 poin.

“Secara umum pada periode 2014-Maret 2019 tingkat kemiskinan di Jawa Barat menunjukkan tren menurun dari jumlah maupun persentasenya. Berdasarkan tempat tinggal, penduduk miskin di perkotaan maupun pedesaan turun masing-masing cukup signifikan,” ujarnya.

Dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK, Menko PMK Sebut Penyaluran Bansos Sesuai Peraturan Presiden

Dodi menerangkan penyebab menurunnya angka kemiskinan yaitu adanya peran komoditi di antaranya perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan dengan dominasi komoditi makanan. “Hal ini menunjukkan pola konsumsi masyarakat pada tingkat ekonomi rendah lebih didominasi pengeluaran untuk kebutuhan makanan dibandingkan kebutuhan bukan makanan,” katanya.

Pada 2019, lima komoditi makanan penyumbang terbesar dalam penurunan angka kemiskinan di perkotaan yaitu beras sebesar 23,18 persen, rokok 12,58 persen, telur ayam ras 4,96 persen, daging ayam ras 4,91 persen dan kopi bubuk dan instan 3,14 persen.

“Sedangkan komoditi di pedesaan yaitu perumahan sebesar 8,90 persen, bensin 2,92 persen, listrik sebesar 2,12 persen, pendidikan sebesar 1,14 persen dan perlengkapan mandi sebesar 1,09 persen,” tuturnya. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya