Logo BBC

Pernikahan Usia Anak di Sulsel: 'Berikan Ijazah, Jangan Buku Nikah'

Pernikahan usia anak lumrah terjadi di Desa Mattiro Uleng, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Sulawesi Selatan - BBC News Indonesia/Oki Budhi
Pernikahan usia anak lumrah terjadi di Desa Mattiro Uleng, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Sulawesi Selatan - BBC News Indonesia/Oki Budhi
Sumber :
  • bbc

Darma tengah membuatkan bekal untuk suaminya yang akan melaut untuk mencari ikan yang nantinya mereka jual.

Selain sang suami yang menjadi nelayan, Darma juga menjual kardus bekas, kopi, hingga beragam barang pecah belah untuk menjaga dapur mereka agar tetap ngebul .

" Ndak menetap, Pak. Mungkin Rp300.000 per bulan, itu dari pekerjaan (saya)," tuturnya menakar-nakar.

Darma, yang kini sudah berusia 32 tahun, menikah dengan sang suami yang usianya delapan tahun lebih tua, pada 2002 silam di kala umurnya masih 14 tahun. Pernikahan di bawah umur itu adalah buah perjodohan orang tuanya.

"Kita kan sebagai anak takut sama orang tua, jadi tidak pernah menolak, diterima saja," aku Darma, meski di lubuk hatinya ia tidak mau menikah saat itu.

Ia juga paham bahwa menikah di usianya saat itu bukanlah sesuatu yang tabu, bahkan sudah membudaya. Banyak yang juga mengalami hal serupa.

"Ya mungkin budaya juga bilang kalau sudah dinikahkan, sudah bukan tanggungan orang tua, sudah lepas," tuturnya merujuk pada motif ekonomi yang kerap melatarbelakangi praktik pernikahan usia anak.

Darma lantas menjalani hari-hari pertama pernikahannya dengan penuh rasa was-was. Selain karena tidak mengenal sosok sang suami sebelumnya, ia juga masih asing dengan peran barunya sebagai seorang istri di usia anak.

"Langsung kaget, karena maksudnya belum ada sifat kedewasaannya," kenangnya.

Beruntung, akunya, sang suami adalah sosok pendiam dan penyabar. Ia mengaku tidak pernah mengalami kekerasan dalam rumah tangga, baik secara fisik maupun verbal.

Tapi bencana datang ketika ia mengandung anak pertamanya di usia 16 tahun. Darma yang tidak punya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi kala itu, melahirkan bayinya setelah ia kandung selama lebih dari 10 bulan.

"Karena saya melahirkan di rumah, sampai-sampai pendarahan, saya digotong pakai kasur karena sudah tidak bisa bergerak," kisahnya. Ia bercerita bahwa ia terus terbaring, sementara warga mengangkutnya menggunakan kapal ke daratan untuk menuju rumah sakit di kabupaten.

Nahas, sang bayi tidak selamat.