Kenapa Maluku Kerap Diguncang Gempa?

Lokasi sebaran Gempa Swarm Jailolo di Halmahera Barat, Maluku.
Sumber :
  • VIVA.co.id/BMKG

VIVA – Gempa di dengan magnitudo 7,1 mengguncang Maluku Utara pada Kamis malam, 14 November 2019, sekitar pukul 23.17. Lokasi gempat tepatnya terjadi di barat laut Jailolo, Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara (Malut).

Jokowi Resmikan 147 Bangunan yang Direhabilitasi Pasca Gempa di Sulawesi Barat

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga sempat memberikan peringatan dini tsunami, tapi sudah dicabut dini hari tadi. Setelah gempa tersebut, terjadi beberapa gempa susulan hingga pagi ini.

Dalam unggahan akun Instagram @dongenggeologi, dijelaskan mengapa Maluku kerap diguncang gempa besar. Kawasan perairan Maluku yang memanjang hingga ke kepulauan Filipina memang rawan gempa karena tergencet dua lempeng di kedua sisinya.

PAN Lebih Utamakan Kadernya Maju di Pilkada 2024

"Seiring waktu lempeng Samudra Maluku yang menunjam seluruhnya akan berada di bawah kedua lempeng yang mendesaknya. Nantinya lempeng tersebut terbenam ke dalam astenosfer," bunyi keterangan tersebut.

Wilayah ini disebut divergent double sunduction. Dalam situs geologi.co.id dijelaskan bahwa daratan Maluku dibentuk oleh jepitan tiga lempeng tektonik utama. Lempeng Eurasia mendorong dari sisi barat, lempeng Laut Filipina dari sisi timur dan lempeng Australia dari sisi selatan.

Dampak Pencopotan Pejabat Tak Sesuai Aturan, Kemendagri Blokir SIPD Pemprov Malut

"Interaksi ketiga lempeng dimanifestasikan oleh tiga mikrolempeng. Di sisi barat, ada mikrolempeng Sangihe, yang turut membentuk lengan utara pulau Sulawesi dan kepulauan Sangihe. Sementara di sisi timur ada mikrolempeng Halmahera yang menjadi pondasi bagi pulau Halmahera," tulis keterangan dalam situs tersebut.

Mikrolempeng Sangihe dan Halmahera ditumbuhi gunung-gunung berapi. Ada 10 gunung berapi aktif yang tumbuh di atas mikrolempeng Sangihe dan enam gunung berapi aktif di mikrolempeng Halmahera.

Di bawah kedua mikrolempeng tersebut terdapat lempeng tektonik mikro ketiga, yakni mikrolempeng Laut Maluku. Mikrolempeng ini terjebak dan telah terbenam sepenuhnya di bawah mikrolempeng Sangihe dan Halmahera.

"Jejak-jejak keberadaan mikrolempeng laut Maluku masih bisa ditelusuri berdasarkan distribusi kedalaman sumber gempa-gempa tektonik yang ditimbulkan oleh gerakannya," menurut keterangan tersebut.

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menjelaskan bahwa gempa yang mengguncang Malut semalam merupakan jenis gempa menengah akibat adanya deformasi atau penyesaran dalam Lempeng Laut Maluku. Berdasarkan hasil analisis meknisme sumber menunjukkan gempa memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).  

Sementara itu, Kepala Bidang pencegahan Bencana BPBD Sulawesi Utara, Sri Intan mengatakan bahwa sudah ada 59 gempa susulan setelah gempa di Jailolo, Malut bermagnitudo 7,1 yang terjadi semalam.

"Tercatat ada 59 gempa susulan," katanya di Manado, Jumat, 15 November 2019, seperti dikutip dari VIVAnews.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya