Anggota DPR Kritik Oknum TNI-Polri Lontarkan Kata Rasis ke Warga Papua

Suasana kerusuhan di Manokwari Papua Barat Senin 19 Agustus 2019.
Sumber :
  • Ist

VIVAnews - Rapat paripurna pengambilan keputusan pertanggungjawaban APBN 2018 di Gedung DPR hari ini diwarnai sejumlah interupsi mengenai peristiwa kerusuhan di Papua Senin kemarin. Salah satu interupsi datang dari Steven Abraham, yang merupakan anggota DPR dari Dapil Papua.

Aparat Gabungan TNI-Polri Rebut Wilayah Homeyo Intan Jaya Papua dari OPM

Dalam interupsinya tersebut, Steven mengatakan bahwa dia menerima video ada oknum TNI-Polri yang meneriakkan kata-kata rasis dalam mengamankan massa Papua. Steven meminta polisi mengusut video tersebut dan mencari anggota yang melakukan tindakan rasis tersebut.

"Kita lihat kemarin video yang beredar luas jelas-jelas sekali ada pihak oknum TNI-Polri yang ikut menyuarakan kata-kata rasis. Ini harus diusut, ditindak. Bila perlu pejabat di atasnya harus dicopot," kata Steven Selasa 20 Agustus 2019.

Relawan Prabowo G-Nesia Banjir Dukungan Usai Pilpres, Diah Warih: Alhamdulillah

Steven mengatakan jika ini dibiarkan maka akan timbul polemik yang luar biasa yang terjadi di Tanah Papua. Bisa saja, dampak dari peristiwa itu juga meluas ke wilayah lainnya.

"Ini kalau tidak cepat kita tangani akan menimbulkan perpecahan yang luar biasa. NKRI yang sudah kita jaga bersama-sama harus kita junjung tinggi," ujarnya.

Dua Pelaku Penganiayaan Berat terhadap Bripda Oktavianus Masih Buron

Steven juga mengatakan pernyataan Wali Kota Malang dan jajaran yang akan mengusir Mahasiswa Papua sangat merugikan persatuan Indonesia. Maka dari itu, Mendagri Tjahjo Kumolo dinilai perlu memberikan teguran.

"Teguran juga dari mendagri harus ada kepada pejabat yang berkelakuan kurang bagus. Bagi saya lahir dan besar di Papua merupakan kebanggaan bagi kita. Papua dari dulu tidak pernah ada pengusiran orang pendatang," ujarnya.

Sebelumnya, di tempat terpisah, Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Rukka Sombolinggi, menyayangkan narasi yang dibangun pihak tertentu untuk melakukan pengusutan terhadap kerusuhan di Manokwari, Papua Barat, Senin 19 Agustus 2019. Menurut Rukka, kerusuhan di Manokwari berkaitan erat dengan kejadian di Surabaya dan Malang, Jawa Timur.

"Asal mulanya itu tidak diutak-atik. Kami dari AMAN meminta supaya dua tempat ini diusut (kejadian di Surabaya dan Malang). Siapa dalangnya," kata Rukka di kantor KontraS, Jakarta Pusat, Selasa 20 Agustus 2019.

Menurut Rukka, kerusuhan di Manokwari tersulut atas tindakan rasial organisasi massa tertentu kepada mahasiswa asal Papua dan Papua Barat di Malang serta Surabaya kemarin. Lalu, ormas tertentu melakukan pengepungan terhadap asrama mahasiswa asal Papua dan Papua Barat.

"Dalam pengepungan, ormas tertentu mengejek mahasiswa Papua dan Papua Barat dengan sebutan binatang. Tindakan ormas termasuk aparat, bukan tindakan yang beradab. Tidak pantas menyebut manusia lain menyebut monyet," ungkapnya. 

Rukka menegaskan, aparat penegak hukum wajib mencari pelaku penghinaan kepada mahasiswa asal Papua dan Papua Barat. Pengusutan itu menjadi penting agar kerusuhan terkait etnis tidak semakin meluas. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya