Hari Santri, Gubernur Jatim Minta Pesantren Kasih Kado Salat Istisqa

Upacara Hari Santri Nasional (HSN) di Lapangan Mapolda Jatim, Surabaya.
Sumber :
  • VIVAnews/ Nur Faishal (Surabaya)

VIVA – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengimbau, pesantren-pesantren menggelar salat Istisqa menyikapi kemarau panjang yang menyebabkan beberapa daerah alami kekeringan dan kebakaran hutan dan lahan. Salat Istisqa bisa menjadi kado terindah di Hari Santri Nasional (HSN) pada Selasa, 22 Oktober 2019.

15.000 Santri Tangerang Kibarkan Bendera Palestina Serukan Perlindungan

Imbauan itu disampaikan Khofifah usai mengikuti upacara HSN di Lapangan Markas Kepolisian Daerah Jawa Timur di Surabaya, Selasa, 22 Oktober 2019. Dalam kesempatan itu, hadir juga Kepala Polda Jatim Inspektur Jenderal Polisi Luki Hermawan dan Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI R Wisnoe Prasetja Boedi. Ratusan santri juga ikut berbaris bersama anggota Polri/TNI.

"Saya mohon di Hari Santri ini, pesantren-pesantren di Jawa Timur dan di seluruh Indonesia memberikan hadiah kepada warga bangsa berupa salat Istisqa di berbagai tempat. Saya rasa kekeringan dan kemarau yang sangat panjang ini kita mohon dan munajat kepada Allah, mudah-mudahan segera diberi hujan yang berkah," kata Khofifah.

Belum Padam, Pemkot Tangerang dan Masyarakat Gelar Salat Istisqa di TPA Rawa Kucing

Beberapa hutan dan lahan di kawasan pegunungan di Jatim mengalami kebakaran. Di antaranya di Gunung Arjuno, Welirang, Ranti, dan sebelumnya Gunung Semeru. Bahkan,  untuk kebakaran di Gunung Arjuno hingga kini belum bisa dipadamkan mengingat topografi area kebakaran cukup terjal, sekitar 70 derajat.

Ketika kebakaran Gunung Arjuno belum terselesaikan, kemudian ada kebakaran lagi di kawasan Gunung Ijen Banyuwangi, sampai akses ke blue fire ditutup. Pemerintah Provinsi Jawa Timur pun mengaku membutuhkan dukungan tambahan helikopter water bombing, agar kebakaran di beberapa titik bisa segera dipadamkan.

UIN Bandung Gelar Malam Puncak Hari Santri 2023: Bukti Jihad Santri, Jayakan Negeri

Selai soal Istisqa, Khofifah juga menyebut bahwa HSN adalah momentum menyebarkan pesan-pesan perdamaian. "Oleh karena itu, pesantren, para santri dan para kiai terutama, menghadirkan Islam Rahmatan lil Alamin menjadi penting. Islam penuh damai, Islam penuh kasih, yang bisa mengayomi dan berseiring dengan keberagaman yang ada," ujarnya.

Sarana Minta Hujan

Beberapa waktu lalu, Pemprov Jatim melakukan salat istisqa massal. Salat digelar pada Minggu pagi, 6 Oktober 2019 lalu di Lapangan Mapolda Jatim. Kemudian pada sore hari Khofifah mendapat laporan dari BMKG bahwa sebagian cuaca di Jatim mendung.

"Pada saat kami melakukan salat istisqa dua Minggu lalu, pagi salat. Sore dapat update dari BMKG, lima kabupaten sudah mendung dan besoknya hujan. Karena kemarau ini luas dan panjang, maka kita butuh lebih banyak kekuatan yang berkenan untuk berikan hadiah dengan munajat salat istisqa di banyak titik," ujar Khofifah.

Khofifah menyebut, salat istisqa sebagai sarana meminta hujan yang disediakan agama Islam. Untuk itu, dia meminta lingkungan pesantren untuk menggelar salat minta hujan secara massal.

"Jadi kalau misalnya 50 persen pesantren di Malang Raya melakukan salat, 50 persen pesantren Kediri dan Jombang, se-Jatim melakukan salat. Mudahan Allah segera menurunkan hujan barokah. Yang bisa padamkan kebakaran hutan dan beri sumber air kehidupan bagi masyarakat Jatim," ujar Khofifah.

Sementara itu, Kepala Polda Jatim Inspektur Jenderal Polisi Luki Hermawan mengatakan bahwa peran santri dalam menjaga Kamtibmas sangat penting. "Karena itu saya mengucapkan terima kasih, karena berkat doa para santri alhamdulillah Jawa Timur, dari melaksanakan pesta demokrasi sampai kemarin dilantiknya presiden, untuk Jawa Timur aman," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya