Dokter Tirta Serukan Karantina Wilayah dan Represi demi Cegah Corona

VIVA – Seorang dokter muda relawan penanganan Covid-19, Tirta Mandira Hudhi, menyerukan pemerintah memutuskan mengkarantina wilayah DKI Jakarta dan kota-kota besar lainnya untuk mencegah penularan virus corona makin meluas dan tak terkendali.

Kuota Haji Kabupaten Tangerang Bertambah, 20 Persen Lansia

Dokter Tirta, begitu dia lebih dikenal, mengingatkan bahwa wabah Covid-19 sudah meluas di seluruh provinsi di Indonesia. Jumlah kasus terinfeksi meningkat signifikan dan korban yang meninggal dunia bertambah terus dari hari ke hari, sementara yang sembuh tidak banyak.

“Ini infeksinya sudah menyebar ke seluruh provinsi. Jadi, tidak ada celah untuk lari dari corona,” katanya sebagaimana dikutip dari rekaman videonya dalam akun Instagram-nya, Minggu, 29 Maret 2020.

Geger Vaksin COVID-19 AstraZeneca, Ketua KIPI Sebut Tidak ada Kejadian TTS di Indonesia

Dia menilai, anjuran agar masyarakat tetap di rumah saja selama wabah Covid-19 belum mereda tidak akan efektif untuk mencegah penularan. “Edukasi di rumah aja itu tidak akan efektif kalau Anda tidak melakukan tindakan represif.” Wabah corona sudah telanjur meluas karena Jakarta tidak dikarantina sejak awal.

Karantina wilayah, katanya, berbeda dengan lockdown, meski dia tak menjelaskan pengertian keduanya. “Jadi, tutup semua akses dari Jakarta dan keluar Jakarta. Tidak bisa dilakukan kalau ini tidak kompak.”

Sempat Hilang Kesadaran Akibat Sepsis, Chicco Jerikho Ngerasa Dikasih Kesempatan Kedua

“Jika tidak ingin seperti Italia, lakukan karantina wilayah sekarang juga. [anjuran untuk berdiam di rumah] ini tidak akan berguna. Infeksi tidak akan terkontrol kalau ada tindakan represif. Semua akan berantem. Ini sudah menyebar ke seluruh Indonesia, sementara rumah sakit kita kekurangan APD (alat pelindung diri).”

Begitu juga dengan anjuran agar orang-orang tidak mudik ke kampung halaman, sekarang maupun nanti menjelang lebaran Idul Fitri. Baginya, anjuran itu tidak akan banyak ditaati kalau tidak dibarengi dengan aturan tegas.

Dia mengaku memahami, risiko mengkarantina wilayah atau membatasi pergerakan orang akan melumpuhkan kegiatan perekonomian. Tapi, dia tak memedulikan itu, terutama karena risikonya akan lebih besar daripada sekadar kelumpuhan kegiatan ekonomi.

Lagi pula, menurutnya, sekarang pun perekonomian sudah tak keruan—nilai tukar rupiah atau dolar Amerika Serikat sudah hampir 20.000 ribu; usaha kecil dan menengah banyak yang gulung tikar, industri pariwisata sepi, industri penerbangan lesu. “Mau ngapain lagi? Ini dilanjutkan atau tidak, ekonomi akan hancur,” katanya, mewanti-wanti.

“Melarang orang mudik tidak akan efektif kalau tidak ada sanksinya. Kalau tidak mau dispilin, buat aturan, buat perpres (peraturan presiden), apa pun. Karantina wilayah harus segera dilakukan,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya