Daya Infeksi Corona Kini 10 Kali Lipat, Mutasi D614G Diungkap FK UGM

Ilustrasi Pandemi Penyakit COVID-19 yang disebabkan virus SARS-CoV-2
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Temuan adanya mutasi virus Corona SARS-Cov-2 menjadi D614G diungkap oleh Tim Pokja Genetik FK-KMK Universitas Gadjah Mada (UGM). Tim Pokja Genetik FK-KMK UGM menemukan adanya mutasi D614G di DIY dan Jawa Tengah.

Siemens Dorong Layanan Kesehatan Menuju Era Baru

Ketua Pokja Genetik FK-KMK UGM Gunadi mengungkapkan, timnya telah berhasil mengidentifikasi Whole Genome Sequencing (WGS) empat isolat dari Yogyakarta dan Jawa Tengah yang kemudian dipublikasikan di GISAID.

Gunadi menjabarkan dari empat isolat itu tiga di antaranya diketahui memunyai kandungan mutasi D614G. Gunadi menerangkan adanya mutasi D614G ini membuat daya infeksi 10 kali lebih tinggi dibandingkan virus SARS-Cov-2 biasa.

Istana Bantah SYL Soal Presiden Perintahkan Tarik Uang Bawahan di Kementan

"Saat ini, mutasi D614G pada virus SARS-CoV-2 yang mempunyai daya infeksius 10 kali lebih tinggi telah tersebar hampir di seluruh pelosok dunia yaitu 77,5 persen dari total 92.090 isolat mengandung mutasi D614G," ujar Gunadi dalam keterangan tertulisnya, Rabu 2 September 2020.

Baca juga: Truk Fuso Air Galon Tabrak Rumah Warga dan Terbalik Malah 'Disandera'

Naik Peringkat, UGM Tembus Ranking 239 Dunia Versi QS WUR 2025

"Di Indonesia sudah dilaporkan sebanyak 9 dari 24 isolat yang dipublikasi di GISAID mengandung mutasi D614G. Dari jumlah itu sepertiganya terdeteksi di Yogyakarta dan Jawa Tengah," imbuh Gunadi.

Gunadi menuturkan terkait data persebaran virus Corona di populasi atau epidemiologi, pengembangan vaksin maupun terapi Corona di Indonesia datanya masih jauh dari kata ideal. Terutama bila data itu dibandingkan dengan data negara lain.

Dia menjelaskan terkait temuan mutasi itu diharapkan masyarakat lebih disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan.

"Namun dengan fakta terdeteksinya virus SARS-CoV-2 dengan mutasi D614G di Indonesia tersebut, sudah seharusnya semua pihak lebih disiplin untuk menerapkan protokol kesehatan, seperti cuci tangan, menggunakan masker, hindari kerumunan, dan lain sebagainya," ucap Gunadi.

Kemudian dia mengungkapkan data WGS SARS-CoV-2 dari Indonesia yang dipublikasi di GISAID sangat minimal yaitu 24 full-genomes dibandingkan 92.090 full-genomes dari seluruh dunia per 1 September 2020.

"Padahal, data WGS sangat penting untuk mengetahui epidemologi (persebaran) virus termasuk jenis mutasi (clade) di masyarakat. Hubungannya dengan derajat keparahan pasien COVID-19, pengembangan vaksin dan/atau terapi COVID-19 di masa yang akan datang, khususnya di Indonesia. Sehingga, data WGS dari isolat Indonesia merupakan suatu keharusan dan bentuk kemandirian jati diri bangsa Indonesia," kata dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya