Logo DW

Bencana Ganda yang Dihadapi Indonesia: Karhutla dan COVID-19

picture-alliance/Photoshot/H. Vavaldi
picture-alliance/Photoshot/H. Vavaldi
Sumber :
  • dw

Selain itu, penelitian yang dilakukan awal tahun ini di Cina juga menemukan bahwa paparan polusi udara secara signifikan memiliki dampakyang lebih buruk terhadap penderita COVID-19.

Selama krisis kebakaran sebelumnya, polusi udara yang parah telah memaksa penduduk Kalimantan dan Sumatra untuk berlindung di tempat penampungan yang penuh sesak. Apabila kejadian tersebut dialami masyarakat di daerah rawan karhutla saat ini, maka orang-orang yang terpaksa dievakuasi dalam kondisi berdekatan, dipastikan akan berisiko tinggi tertular SARS-CoV-2.

Risiko karhutla dan COVID-19 pada generasi berikutnya

Tidak berhenti pada dampak karhutla dan COVID-19 yang dapat meningkatkan risiko kematian, laporan ‘Burning Up’ juga menyoroti risiko yang dihadapi generasi-generasi berikutnya akibat karhutla yang berulang kali terjadi.

Anak-anak yang terpapar asap karena tinggal di daerah rawan karhutla seperti Sumatra atau Kalimantan pada sekitar tahun 1997 dan diperiksa kesehatannya di tahun berikutnya, menunjukkan angka tamat sekolah yang lebih rendah, skor yang lebih rendah dalam tes kognitif, dan pertumbuhan fisik yang lebih lambat daripada anak-anak yang tidak terpapar asap.

Tinggi dan berat badan anak yang lebih rendah untuk kelompok usianya merupakan indikator kesehatan yang buruk. Data hasil penelitian ini sangat memprihatinkan, mengingat temuan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang menjelaskan bahwa kesehatan yang buruk di kalangan anak-anak miskin menjadi penyebab Indonesia tercatat sebagai negara dengan salah satu angka kematian tertinggi di dunia akibat Covid-19. Sebanyak 51 kematian dilaporkan di bulan Juli dan naik dua kali lipat di bulan berikutnya.

Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia Rusmadya Maharuddin mengatakan, “kebakaran yang terjadi akibat perusakan hutan dan lahan gambut untuk perkebunan kelapa sawit dan kayu pulp, menyebabkan kematian dan penderitaan yang tiada gunanya. Kita tahu bahwa COVID-19 bisa mematikan bagi orang-orang yang memiliki penyakit bawaan, tetapi setelah bertahun-tahun menghirup asap ini, rasanya seakan kita berperang dengan satu tangan terikat di belakang punggung. Studi menunjukkan asap kebakaran hutan membahayakan kesehatan anak-anak di Indonesia dan sekarang dokter anak mengatakan bahwa kesehatan yang buruk adalah penyebab negara yang memiliki tingkat kematian COVID-19 tertinggi di antara anak-anak.”