Wapres Masih Tunggu Laporan Kehalalan Vaksin COVID-19

Seorang perawat mempersiapkan vaksin Rusia
Sumber :
  • ANTARA FOTO/REUTERS/Tatyana Makeyeva

VIVA – Jelang rencana vaksinasi, Wakil Presiden Ma'ruf Amin masih belum menerima konfirmasi mengenai kehalalan vaksin COVID-19. Wapres masih menunggu laporan dari tim Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Penyakit Menular Arbovirosis Jadi Ancaman Baru, Menkes Budi: Lakukan 5 Hal Ini untuk Menanganinya

"Kalau soal kehalalan vaksin, sampai sekarang belum. Karena MUI belum melaporkan. Saya kira MUI akan berhati-hati," kata juru bicara Wapres, Masduki Baidlowi, secara virtual, Jumat, 6 November 2020.

Baca juga: Garuda Indonesia Dukung Pengusutan Dugaan Suap Pesawat Bombardier

WHO: Imunisasi Global Menyelamatkan 154 Juta Jiwa Selama 50 Tahun Terakhir

Masduki yakin tim dari MUI akan benar-benar memastikan temuan dan juga laporannya. Sehingga tidak akan terburu-buru dalam menyampaikan kesimpulan akhirnya nanti.

"Sampai betul-betul fix, kemudian akan dilaporkan kepada Wapres," ujar Masduki.

Gibran Diberi Wejangan Ma'ruf Amin: Presiden dan Wakil Presiden Harus Kompak

Menurut Masduki, penelitian mengenai kehalalan vaksin ini juga tidak sederhana. Di tim verifikasi MUI yang ke China juga terdapat dua ahli yakni yang terkait keahlian di bidang kehalalan produk dan ahli mengenai fatwa-fatwa.

"Ketika dia sudah pulang dari China, maka akan ada sidang fatwa," kata dia.

Masduki mengatakan tidak mungkin juga pihak MUI tidak berkoordinasi dengan pemerintah. Sehingga ketika vaksinasi dimulai, tidak ada lagi keraguan soal kehalalan vaksin.

Diberitakan sebelumnya, imunisasi atau suntik vaksin COVID-19 memberikan dampak langsung berupa perlindungan individu. Jika makin banyak yang mendapatkan antibodi atau berhasil mencakup minimal 75 persen dari populasi maka akan tercapai kekebalan kelompok (Herd Immunity).

Demikian disampaikan Tenaga Ahli Utama Kedeputian II Bidang Pembangunan Manusia, Kantor Staf Presiden (KSP), Brian Sri Prahastuti.

"Dengan begitu, 25 persen populasi yang karena alasan tertentu tidak mendapatkan imunisasi, akan mendapatkan manfaat perlindungan juga karena virus yang beredar di masyarakat sudah sangat sedikit," ungkap Brian di Jakarta lewat siaran pers KSP, Jumat, 6 November 2020.

Brian mengatakan, kondisi saat ini dunia belum menemukan obat spesifik yang dapat membunuh virus yang dikenal dengan istilah lain SARS-Cov. Namun pemerintah memastikan, hingga kini para pakar terus meneliti sifat dan karakteristik virus penyebab pandemi COVID-19 di Tanah Air.

Menurut dia, apa yang dilakukan pemerintah untuk mencegah penularan dengan kampanye ubah perilaku dan pengembangan vaksin adalah upaya terbaik saat ini. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya