Respon Megawati, Fadli Zon: Minang Demokratis dan Antifeodalisme

Fadli Zon.
Sumber :
  • VIVA/ Anwar Sadat.

VIVA – Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon merespon pernyataan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri yang menyentil Sumatera Barat beda dulu dan sekarang. Fadli yang juga Ketua Umum Ikatan Keluarga Minang (IKM) menegaskan tak ada yang berubah dari Urang Minang dulu dan sekarang.

Di Rakernas, PDIP Siapkan Langkah Strategis Pasca Pemilu 2024

"Urang Minang (Sumatera Barat) dg adat istiadatnya “adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah” tak pernah berubah," tulis Fadli di akun twitter pribadinya @fadlizon, Jumat, 13 Agustus 2021.

Sebaliknya, kata Fadli, perubahan sikap justru ditunjukan beberapa tokoh di pemerintahan pusat, kurang memahami sejarah dan budaya Minang.

Kapan Megawati dan Prabowo Subianto Bertemu? Hanya Puan dan Hasto yang Tahu

"Yg sdh beda justru sikap bbrp tokoh pemerintah pusat thd Sumbar krn kurang paham sejarah n budaya Minang yg demokratis n antifeodalisme," ujar Fadli

Cuitan Fadli itupun direspon warganet, yang mengaku sepakat dengan pernyataan Fadli Zon. Beberapa netizen bahkan menyebut pernyataan Megawati itu disinyalir terkait suara partainya yang anjlok di Sumatera Barat.

Hasto Bilang PDIP Tetap Pilih Jalan Ideologis Bersatu dengan Rakyat

"Mungkin kesel di sumbar ga pernah menang suara nya...anjlok terus," tulis akun @vickyel3
 
Sebelumnya, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri mengatakan kalau saat ini tak ada tokoh Sumatera Barat (Sumbar) yang terkenal. Berbeda dengan zaman dahulu.

Megawati bahkan sempat menyinggung soal kondisi Sumbar yang sudah berubah itu kepada anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) yang juga tokoh Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif. 

Dia minta kepada Ahmad Syafii Maarif agar ikut memikirkan soal perubahan yang terjadi di Sumbat karena Ahmad Syafii Maarif berasal dari Sumbar.

"Setelah ke sini, saya mulai berpikir. Saya sering diskusi karena di BPIP, saya sebagai Ketua Dewan Pengarah, saya suka bertanya ke Buya Syafii kenapa Sumbar yang dulu saya kenal sepertinya sudah mulai berbeda, lain. Suatu waktu saya pernah sama mbak puan di-bully. Kenapa saya di-bully ya, padahal dari yang saya mendapatkan sebuah pengertian itu kan ada Bundo Kandung. Jadi itu yang maksud saya apakah itu sudah tidak berjalan lagi," ujar dia lagi.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya