Kata Ganjar Pranowo Soal Limbah Ciu Cemari Bengawan Solo Lagi

Warga tengah mencari ikan di Sungai Bengawan Solo yang tercemar limbah ciu.
Sumber :
  • VIVA/ Fajar Sodik.

VIVA – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, jengah dengan limbah industri pengolahan ciu yang mencemari sungai Bengawan Solo. Menurutnya, perilaku tersebut sudah keterlaluan. Sebab ini sudah berulang kali terjadi. Pihaknya akan mengambil tindakan tegas.

Optimalkan Klinik Ekspor Bea Cukai, Perusahaan Pupuk Ini Lepas Ekspor Perdana ke Timor Leste

"Langsung rapat virtual tadi dengan Kementerian LHK. Tentu saja tim lokal sudah turun, tim nasional juga turun, nanti kita akan proses. Kita akan cari," katanya saat ditemui di Rumah Dinas Puri Gedeh Semarang, Rabu 8 September 2021.

Pencemaran limbah industri pengolahan ciu di Bengawan Solo, kata Ganjar, merupakan cerita lama, dengan modus yang sama. Yakni membuang kotoran limbah pengolahan alkohol ke sungai.

PDIP Beri Tugas Ganjar Bantu Pemenangan Pilkada 2024 setelah Kalah Pilpres

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sudah berkoordinasi dengan kepolisian, untuk melakukan tindakan tegas terkait kasus tersebut. Ganjar merasa pihak yang membuang limbah pengolahan ciu tersebut sudah menantang pemerintah. Terlebih dalam kasus sebelumnya, sudah diberikan teguran keras.

"Rasa-rasanya mereka siluman, yang membuang itu memang menantang pemerintah. Menurut saya ini sudah kebangetan karena tidak hanya area di Blora, di Solo juga kena. Jadi sebenarnya ini yang hari ini coba kita cari," tegasnya.

Soal Urusan Ini Ganjar Pranowo Sejalan dengan Moeldoko

Sementara itu, tim khusus dari Pemprov Jateng sudah diturunkan untuk melakukan pengecekan dan observasi terkait air Bengawan Solo yang berwarna keruh. Observasi itu dilakukan setelah Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Solo menghentikan pengolahan air di Pos Semanggi, Pasar Kliwon, Solo, lantaran air sungai terindikasi tercemar limbah ciu. Pencemaran terjadi di hulu sungai, tepatnya di tempuran Kali Samin.

Adapun kasus pencemaran limbah ciu di Bengawan Solo juga sempat terjadi pada tahun 2019 lalu. Saat itu, diketahui bahwa pencemaran bersumber dari limbah industri pengolahan ciu di sekitar hulu sungai. 


Laporan: Teguh Joko Sutrisno/ tvOne Jawa Tengah.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya