Khidmatnya Doa 100 Hari Meninggalnya KGPAA Mangkunegara IX

Peringatan 100 hari meninggalnya KGPAA Mangkunegara IX.
Sumber :
  • Fajar Sodiq/VIVA.

VIVA – Pura Mangkunegaran menggelar acara peringatan 100 hari mangkatnya Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara IX pada Jumat malam, 19 November 2021. Dalam acara tahilan itu, ketiga nama calon yang digadang-gadang sebagai penerus takhta Kadipaten Praja Mangkunegaran pun turut hadir.

Said Iqbal Tegaskan Partai Buruh Akan Dukung Prabowo Gibran

Pantauan VIVA, peringatan 100 hari meninggalnya KGPAA Mangkunegara IX tampak dihadiri sejumlah tamu undangan mulai dari Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka, Wakil Wali Kota Solo Teguh Prakosa, mantan Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo, Kapolresta Solo dan Dandim Solo.

Sedangkan di kursi tamu VIP yang diperuntukkan bagi keluarga Pura Mangkunegaran tampak terlihat Prisca Marina Haryogi Supardi, permaisuri atau Prameswari Dlem KGPAA Mangkunegara IX. Dia duduk diapit oleh kedua anaknya yakni GPH Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo dan GRA Ancilla Sura Sudjiwo.

Jokowi Diisukan Pindah Partai, Budi Arie: Warnanya Tunggu

GPH Paundrakarna Jiwa Suryanegara dan GRA Putri Agung Suniwati atau Menur yang merupakan anak dari KGPAA Mangkunegara IX dari hasil pernikahaan dengan Sukmawati Soekarnoputri tampak duduk di kursi barisan kedua. Hanya saja di tengah acara Paundra tampak bergeser untuk duduk di barisan paling depan.

Sementara itu KRMH Roy Rahajasa Yamin yang merupakan cucu KGPAA Mangkunegara VIII juga terlihat hadir dalam acara pembacaan tahlil itu. Ia duduk di barisan belakang. Cucu pahlawan nasional Moh Yamin itu juga masuk dalam kandidat sebagai calon penerus takhta Pura Mangkunegaran.

Gibran Bareng Sandiaga Nobar Laga Timnas Indonesia Vs Uzbekistan di Balai Kota Solo

Baca juga: UMP Sumbar 2022 Ditetapkan Rp2,5 Juta, Naik Rp28 Ribu

GPH Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo yang merupakan putra paling bungsu dari KGPAA Mangkunegara IX itu tampak menyalami dan memeluk kakak sulungnya yang berbeda ibu, GPH Paundrakarna Jiwa Suryanegara. Ia juga menyalami kakak sepupunya KRMH Roy Rahajasa Yamin.

Acara peringatan 100 hari mangkatnya KGPAA Mangkunegara IX berlangsung dengan khidmat. Ratusan tamu undangan baik dari keluarga, kerabat, pejabat dan abdi dalem tampak memenuhi tempat duduk yang telah disediakan mulai dari Ndalem Ageng hingga di pringgitan.

Setelah acara rangkaian acara tahlilan selesai, Pengageng Wadana Satriya KRMT Lilik Priarso Tirtodiningrat mengatakan setelah peringatan 100 hari mangkatnya KGPAA Mangkunegara IX nanti baru akan dilaksanakan pembicaraan mengenai suksesi Pura Mangkunegaran. Pembicaraan untuk menentukan nasib calon Mangkunegara X itu melibatkan keluarga inti dari kerabat dari lingkungan istana Pura Mangkunegaran.

Peringatan 100 hari meninggalnya KGPAA Mangkunegara IX.

Photo :
  • Fajar Sodiq/VIVA.

“Setelah 100 hari ini beliau-beliau yang berwenang di sini (seperti) Gusti Kanjeng Putri (permaisuri) putra-putri dalem, saudara inti dan sedherek dalem baru mau membicarakan masalah jumenangan nantinya atau yang jumeneng (berkuasa),” kata dia di Pura Mangkunegaran, Jumat malam, 19 November 2021.

Lebih lanjut, Lilik menegaskan untuk menentukan siapa calon penerusa takhta itu bahwa Pura Mangkunegaran memiliki aturan adat sendiri terkait suksesi tersebut. Nantinya permaisuri atau prameswari dalem Gusti Kanjeng Ratu Mangkunegara IX yang akan mengajak para putra-putri dalem termasuk kedua anak Mangkunegara dengan Sukmawati Soekarnoputri untuk berembug terkait keputusan siapa penerus yang menjadi Mangkunegara X.

“Tata caranya di sini ada paugeran adat bahwa di sini masih ada Gusti Kanjeng Putri jadi ada prameswari dalem. Itulah yang akan mengumpulkan putra-putri, keluarga ini dan sedherek dalem untuk berembug. Di mana paugerannya ada Gusti Putri sebagai prameswari, ada dua putra dan putri dari prameswari dalem (Bhre dan Sura). Dan ada dua putra dan putri yang Gusti Jiwo masing pangeran itu, Gusti Paundra dan Gusti Menur. Ini mereka mau berbicara dirembug sing penak,” harapnya.

Sedangkan untuk kriteria calon penerus, ia menjelaskan berdasarkan dari tradisi Mataram Islam bahwa yang berhak menjadi pemimpin itu merupakan seorang putra laki-laki. Apalagi jika putra laki-laki itu merupakan anak dari permaisuri.

“Aturan bakunya itu meneruskan tradisi Mataman bahwa kita patrilineal jadi harus putra kakung (laki-laki). Syukur-syukur putra dari prameswari yang resmi itu ya,” ujarnya.

Hanya saja kapan keputusan mengenai penerus Mangkunegara IX itu dihasilkan, ia mengaku tidak berani memastikannnya. Nantinya keputusan itu akan disampaikan oleh permaisuri kepada pihak Pura Mangkunegaran. Kami tidak berhak memutuskan, keputusan ada di Gusti Putri melalui pembicaraan dengan putra-putri dalem dan keluarga inti.

“Kapasitas kita di sini berbicara setelah ada keputusan dari beliau-beliau. Juru bicara pura (Mangkunegaran) ini berbicara atas dawuh prameswari dalem jadi aturan bakunya seperti itu, dari pura resmi tidak dari pewakilan manapun,” ungkapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya