Moeldoko: Petani Harus Ubah Pola Lama Mengelola Lahan

Kepala Staf Presiden (KSP), Moeldoko
Sumber :
  • Dokumentasi KSP

VIVA – Kepala Staf Presiden (KSP), Moeldoko menyayangkan irigasi yang tak merata di lahan Desa Anaengge, Kecamatan Kodi, Kabupaten Sumba Barat Daya. Padahal, lahan yang relatif datar dan subur itu menjadi tulang punggung pertanian Kabupaten Sumba Barat Daya. Sebab, baru tergarap seribu hektar dari tiga ribu hektar.

Terlapor Pelaku Pemerkosaan Anak di Tangsel Mundur dari Staf Kelurahan Sejak 2021

"Saya harap pemerintah daerah setempat segera bisa menyelesaikan persoalan irigasi ini. Sayang sekali, potensi yang begitu besar tidak dimanfaatkan dengan maksimal," kata Moeldoko pada Sabtu malam, 26 Februari 2022.

Menurut dia, persoalan irigasi menjadi atensi presiden Joko Widodo (Jokowi). Selama ini, kata dia, produksi pertanian dirasa kurang maksimal karena persoalan pengairan. Karena itu, pembangunan bendungan masuk dalam program prioritas nasional.

Dukung Petani Bawang Merah, Indonesia Luncurkan Solusi untuk Kendalikan Ulat Grayak

Kepala Staf Kepresidenan (KSP), Moeldoko.

Photo :
  • istimewa

"Pemerintah pusat -gencar membangun bendungan untuk mengatasi masalah irigasi. Harusnya ini menjadi pendorong bagi pemerintah-pemerintah di daerah untuk melakukan hal yang sama," ujar mantan Panglima TNI ini.

Kak Wulan Bikin Petani Mawar Nganjuk Punya Harapan Baru

Maka dari itu, Moeldoko akan menyampaikan hal tersebut kepada kementerian terkait supaya bisa mendorong pembangunan irigasi di Sumba Barat Daya. Disamping itu, ia mengajak para petani untuk meninggalkan pola-pola lama dalam mengelola lahan pertanian. Di antaranya dengan melakukan pengelolaan yang profesional, terutama dalam mengitung biaya-biaya operasional yang dikeluarkan.

Selama ini, kata dia, kehidupan ekonomi petani tidak banyak berubah karena dalam penggarapan lahan mulai dari produksi hingga pascaproduksi mengalir begitu saja, tanpa ada banyak perhitungan.

"Masalah utama petani ya tidak mau berhitung. Mulai biaya produksi yang dikeluarkan seperti tenaga kasarnya, pupuknya, bibitnya atau yang lain. Jadi Ketika panen kaget, loh untungnya kok segini. Ini harus di ubah agar petani bisa kaya," ucapnya.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya