BNPT Klaim Indeks Potensi Radikalisme di RI Turun selama Pandemi

Ilustrasi simulasi penanggulangan terorisme
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

VIVA – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menilai kehadiran para penceramah dengan materi-materi dakwah yang moderat di dunia maya selama pandemi efektif menekan pengaruh radikalisme di Tanah Air.

BNPT Awasi Ketat World Water Forum Ke-10 di Bali

"Mereka (para penceramah) yang mayoritas moderat cukup mengimbangi konten-konten keagamaan di dunia maya (yang intoleran dan radikal)," kata Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid dalam diskusi bertajuk "Perempuan Teladan, Optimis dan Produktif (TOP) Viralkan Perdamaian dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme" di Convention Hall, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Sabtu, 28 Mei 2022.

Nurwakhid menuturkan bahwa konten keagamaan yang tersebar di dunia maya dan biasa diakses masyarakat di Indonesia, 67,7 persen di antaranya merupakan konten keagamaan bernuansa intoleran dan radikal.

BNPT Usulkan Repatriasi WNI yang Sempat Gabung ISIS dan Ditahan di Kamp-kamp Suriah

Ilustrasi/Latihan Penanggulangan Terorisme Gabungan 18 Negara

Photo :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

Setelah memasuki masa pandemi COVID-19 yang diikuti penerapan protokol kesehatan (prokes), kata dia, konten dakwah dari penceramah yang moderat dan toleran mulai banyak bermunculan di dunia maya sehingga menekan pengaruh konten radikal tersebut.

AstraZeneca Tarik Vaksin COVID-19 di Seluruh Dunia, Ada Apa?

"Begitu ada pandemi, para kiai, penceramah, maupun pendeta yang selama ini diam, tidak viral tetapi karena ada prokes mereka mau tidak mau menggunakan sarana gadget (untuk dakwah)," kata dia.

Berkat kemauan para penceramah moderat untuk hadir di dunia maya, Nurwakhid menyebut indeks potensi radikalisme di Indonesia berdasarkan hasil survei tahun 2020 turun menjadi 12,2 persen dibandingkan tahun 2017 yang mencapai 55,2 persen.

Ia menjelaskan indeks potensi radikalisme yang mencapai 12,2 persen tersebut didominasi generasi milenial.

Selain itu, indeks risiko terorisme (IRT) pada 2021 juga telah turun menjadi 52,22 persen atau melampaui target yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yang sebesar 54,36 persen.

Menurut Nurwakhid, munculnya paham radikal selalu diawali dengan sikap eksklusif dan intoleran terhadap keragaman.

"Radikal atau ekstrem ciri-cirinya biasanya mengkafirkan mereka yang berbeda, tidak hanya beda agama, tapi beda kelompok, beda paham, bahkan sesama agama pun dikafir-kafirkan," ujar dia.

Radikalisme, kata dia, sejatinya adalah fase menuju terorisme sebab radikalisme adalah paham yang menjiwai semua aksi terorisme.

Oleh karena itu, Nurwakhid mengajak semua pihak, khususnya kaum perempuan sebagai soko guru bangsa mampu membentengi keluarga, lingkungan dan masyarakat dari paham radikal.

"Membentengi dari paham-paham asing yang bisa merusak persatuan dan kesatuan bangsa. Di samping itu memperkuat kecintaan terhadap Tanah Air dan ideologi bangsa yaitu Pancasila," ujarnya. (ant)

Nur Mujiana

Nur Mujiana Buktikan Ibu Rumah Tangga Juga Bisa Berpenghasilan dari Rumah

Ketika ditanya mengenai profesinya, Ana mengaku sangat menikmati kesehariannya sebagai ibu rumah tangga sekaligus konten kreator. 

img_title
VIVA.co.id
20 Mei 2024