VIVAnews – Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda mengatakan pertemuan Bali Democracy Forum (BDF) berlangsung sukses. Hassan juga yang menutup pertemuan itu pada Kamis, 11 Desember 2008. "Ini peristiwa yang bersejarah pertama di Asia," katanya.
Menurut Hassan, Indonesia menjadi penggagas ide untuk tidak memisahkan antara pembangunan dan demokrasi. “Keduanya saling berkaitan dan tak ada yang bisa dilepaskan," katanya. "Salah jika ada anggapan bahwa kemajuan tinggi serta pertumbuhan ekonomi yang cepat disebabkan adanya sistem yang otoriter."
Dia mengakui, kegagalan Indonesia di masa lalu lantaran tak mampu menyeimbangkan antara pembangunan ekonomi dan demokrasi. “Inilah yang kita share bahwa perlunya sebuah balancing between democracy and development, keduanya saling memperkuat satu dengan lainnya,” kata Hassan.
Selama ini, menurut Hassan, dibandingkan dengan kawasan lain di Eropa, Afrika, Amerika Latin, menurut Hassan, Asia masih menjadi kawasan yang agak keterbelakang dalam upaya memajukan demokrasi. “Kita masih sangat hati-hati untuk mengangkat isu demokrasi dalam perbincangan antar pemerintah di kawasan ini,” ujarnya.
Hadirnya empat kepala negara, yaitu Presiden RI, Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao, Perdana Menteri Australia Kevin Ruud, dan Kepala Negara Brunei Darussalam Sultan Hassanal Bolkiah juga menjadi kombinasi yang menarik.
Australia sebagai negara maju dengan tradisi demokrasinya sudah lama, sementara Indonesia dalam relatif singkat mampu mentransformasi diri menjadi negara yang awalnya agak otoritarian menjadi demokrasi. Timor Leste yang masih berkutat pada upaya pembangunan ekonomi, di sisi lain juga ingin memajukan demokrasi. Brunei dengan sifatnya monarki kesultanan.
Laporan : Wima Saraswati - Bali
BYD Ungkap Konsumen Mobil Listriknya Punya Karakter Berbeda
BYD Indonesia mengungkapkan pembeli dari tiga mobil listriknya BYD Atto 3, BYD Seal, dan BYD Dolphin memiliki karakter yang berbeda.
