Analis Politik Universitas Bakrie: Restu Koalisi Besar di Balik Silaturahmi Politik

Petinggi KIB dan KKIR bertemu dengan Presiden Jokowi di kantor DPP PAN.
Sumber :
  • Twitter Zulkifli Hasan @ZUL_Hasan

VIVA Nasional – Analis Politik Universitas Bakrie Muhammad Tri Andika menyebutkan wacana koalisi besar menjelang Pilpres 2024 yang digagas Ketum Golkar Airlangga Hartarto terus membesar. Silaturahmi lima ketua umum parpol pendukung pemerintah dengan Presiden Jokowi di kantor DPP PAN, sudah memenuhi “syarat” koalisi besar. Apalagi, acara silaturahmi tersebut minus PDIP dan Nasdem. Dua partai pendukung pemerintah yang telah membentuk poros tersendiri. Apakah ini indikasi "restu" dan arah koalisi besar dari Presiden Jokowi?

PKS Lempar Sinyal Bikin Poros Rival Khofifah-Emil di Pilgub Jatim 2024

“Seperti kita perhatikan dalam beberapa bulan terakhir, setidaknya sudah ada tiga poros koalisi yang terbentuk menuju Pilpres 2024. Pertama, Koalisi Indonesia Bersatu yang terdiri dari Golkar, PAN, dan PPP. Kedua, koalisi Perubahan untuk Persatuan yang terdiri dari Nasdem, Demokrat, dan PKS dengan calon presiden Anies Baswedan. Ketiga, Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) yang terdiri dari Gerindra dan PKB dengan calon presiden Prabowo Subianto,” jelas Muhammad Tri Andika, dalam keterangannya yang diterima VIVA, Jakarta, Senin (3/4).

Presiden Jokowi dan Ketum PAN Zulkifli Hasan di acara Silaturahmi Ramadhan PAN

Photo :
  • Dok. Istimewa
PDIP Akui Terus Jalin Komunikasi dengan Parpol Lain untuk Pilgub Jakarta 2024

Lanjut Andika, meskipun ketiga poros telah memenuhi batas presidential threshold 20 persen, namun kemungkinan untuk “transfer bursa pemain” anggota koalisi, masih sangat besar. Dorongan Ketum Golkar Airlangga Hartarto untuk membentuk koalisi besar bisa menjadi game changer, perubah arah koalisi Pilpres 2024. “Ada tiga catatan saya,” jelas Andika.

Pertama, dilihat dari pengalaman pemilu-pemilu sebelumnya, trend terbentuknya koalisi final baru terjadi di menit-menit akhir. Dalam 10 tahun terakhir pelaksanaan pilpres, sebagian besar calon capres & cawapres mendeklarasikan keikutsertaannya pada menit-menit akhir batas pendaftaran yang ditetapkan oleh KPU. Hanya pada gelaran pilpres 2009, pasangan JK-Wiranto mendeklarasikan pencalonannya satu minggu sebelum batas akhir pendaftaran. Berkaca dari catatan ini, besar kemungkinan koalisi final baru akan terbentuk beberapa hari sebelum batas akhir pendaftaran capres-cawapres di 25 November 2023.

Massa Gelar Aksi di Mabes Polri, Dukung Kapolri Berantas Premanisme di Muratara

Kedua, meskipun saat ini baru Golkar dan PPP yang secara jelas mendukung pembentukan Koalisi Besar, namun anggota Koalisi Indonesia Bersatu yang terdiri dari Golkar, PAN, PPP, punya track record yang sama dalam membentuk Koalisi Besar. Ini terjadi pada Pilpres 2014. Saat itu Koalisi Merah Putih pengusung Prabowo-Hatta, yang terdiri dari Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Demokrat, PPP, dan Partai Bulan Bintang (PBB) menguasai 323 kursi atau 63 persen dari total kursi di parlemen.

Koalisi Perubahan dukung Anies Baswedan sudah tandatangani piagam kesepakatan.

Photo :
  • istimewa/Edwin Firdaus

Ketiga, secara historis Golkar memiliki akar yang kuat di dua poros yang ada. KIR dipimpin oleh Gerindra dan Koalisi Perubahan untuk Persatuan digawangi oleh Nasdem. Kedua partai tersebut merupakan partai yang didirikan oleh mantan-mantan tokoh-tokoh senior Golkar, Prabowo Subianto dan Surya Paloh. Tidak heran jika Golkar, Gerindra, dan Nasdem, telah memiliki chemistry politik bawaan. Kohesivitas emosional elit-elit Golkar kerap menembus dinding-dinding organisasi. Dengan modal chemistry politik tersebut, sangat besar peluang bagi Golkar untuk mewujudkan koalisi besar dengan KIR atau Koalisi Perubahan untuk Persatuan.

“Meski begitu, Tidak otomatis dua poros,” ujar pengamat politik Universitas Bakrie Muhammad Tri Andika.

Andika menjelaskan, salah satu kekhawatiran yang muncul dengan adanya koalisi besar adalah berkurangnya jumlah poros dan capres dan cawapres yang akan berkontestasi di Pilpres 2024. Namun, jika kita lihat lebih dalam, terbentuknya koalisi besar belum tentu otomatis akan mengurangi jumlah poros dari tiga menjadi dua. Pasalnya, ada PDIP yang masih menyimpan sikap politiknya yang telah mengantongi tiket tunggal dengan menguasai 128 kursi atau 22,2 persen dari total kursi DPR. 

Berbekal modal politik yang sangat kuat, bisa dipastikan PDIP akan mengusung calonnya sendiri, entah itu Ganjar Pranowo atau Puan Maharani. Jika langkah ini yang diambil oleh PDIP, maka peluang untuk tetap tiga poros masih akan sangat besar. Poros Koalisi Besar, poros PDIP, dan poros Perubahan untuk Persatuan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya