Sumber :
- Biro Pers Istana Presiden/Abror Rizki
VIVAnews -
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pandangan Pemerintah Indonesia terkait rencana serangan militer ke Suriah dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-8 negara G20 yang dipimpin Presiden Federasi Rusia Vladimir Putin di Saint Petersburg, Rusia, Kamis pekan lalu. Dalam kesempatan itu, SBY sempat menyatakan, Indonesia menentang operasi militer, tanpa mandat Perserikatan Bangsa-Bangsa.
"Kalau solusinya adalah
peace making
, gencatan senjata, pasukan PBB, Indonesia siap kontribusi untuk satuan militer, untuk
peacekeeping operation
. Saya belum tahu perkembangan, pemimpin dunia hari-hari ini tampaknya sudah mulai menyadari bahwa solusi politik dan damai itu yang jauh lebih baik dibandingkan aksi militer," kata Presiden SBY saat membuka rapat kabinet terbatas di kantornya, Selasa 10 September 2013.
"Pandangan ini terbelah dua, ekstrim serang dengan operasi militer tanpa mandat PBB. Satu lagi jangan sentuh Suriah tanpa mandat PBB. Nah, di situlah relatif tegang, dan saya sampaikan pandangan saya tidak pergi ke yang satu dan yang lain, dan tidak ada serangan militer, dan melakukan gencatan senjata, dan selanjutnya proses politik yang aktif dan transparan," jelasnya.
SBY pun menekankan pada kemungkinan memberikan bantuan kemanusiaan untuk rakyat Suriah. Ia berharap serangan militer itu tidak jadi dilakukan.
"Itulah diplomasi
all out
kita. Saya sudah minta Menteri Luar Negeri untuk terus pantau manakala diperlukan Indonesia siap," ucapnya. (eh)
Halaman Selanjutnya
"Pandangan ini terbelah dua, ekstrim serang dengan operasi militer tanpa mandat PBB. Satu lagi jangan sentuh Suriah tanpa mandat PBB. Nah, di situlah relatif tegang, dan saya sampaikan pandangan saya tidak pergi ke yang satu dan yang lain, dan tidak ada serangan militer, dan melakukan gencatan senjata, dan selanjutnya proses politik yang aktif dan transparan," jelasnya.