Keluarga Korban Bom Bali Tabur Bunga di Ground Zero

Korban bom Bali I
Sumber :
  • VIVAnews/Bobby Andalan

VIVAnews - Puluhan keluarga korban bom Bali I yang didominasi perempuan dan anak-anak mengenang peristiwa kelam 12 Oktober 2002 itu di Ground Zero, Sabtu 12 Oktober 2013.

Pakai Baret Merah, Momen Prabowo Subianto Hadiri HUT ke-72 Kopassus

Monumen peringatan bom Bali I yang dibangun di bekas areal Paddy's Cafe sore menjelang malam didatangi keluarga korban. Hari ini, peringatan bom Bali I memasuki tahun ke-11.

Meski peringatan bom Bali dihentikan tahun lalu, keluarga korban tak bisa melupakan begitu saja haru biru ditinggalkan keluarga mereka akibat ledakan bom dahsyat yang menewaskan 202 orang itu.

Di lokasi, korban dan keluarga menyalakan dua lilin besar dikelilingi puluhan lilin kecil. Di kolam yang terletak di bawah nama-nama korban, mereka menaburi bunga sebagai bentuk duka.

Sementara itu, di altar monumen tampak puluhan karangan bunga, dupa, tangkai mawar dan berbagai material sesajen lainnya sesuai tradisi agama Hindu.

Rangkaian acara digelar sangat sederhana. Tak ada isak tangis dalam peringatan tahun ini. Setelah salah satu staf dari Yayasan Dewata yang mensponsori para keluarga korban menyampaikan kata sambutan, acara dilanjutkan dengan tabur bunga dan pembacaan doa oleh anak korban bernama Lima Rarasanti.

Rarasanti mengatakan, saat peristiwa itu mengguncang, ia tengah duduk di bangku kelas VI SD di kawasan Renon, Denpasar. Saat itu, ia sama sekali tak mengetahui jika ayahnya menjadi salah satu korban tewas ledakan bom maha dahsyat tersebut.

Bertemu Airlangga, Menteri Inggris Puji Pelaksanaan Pemilu di RI yang Damai

"Saya tidak tahu kalau ayah telah tiada. Yang saya tahu, saya melihat keluarga berkumpul, ibu menangis. Esok harinya, ayah yang biasa pulang jam 07.00 WITA sebelum saya berangkat ke sekolah, tenyata tidak juga tampak," ucap dia sedih.

Ayah Rarasanti adalah Made Sujana. Ia salah satu korban tewas dari 202 korban. Wayan Rasmi, ibu Rarasanti, mengisahkan, kala itu, dia belum mengetahui jika suaminya tewas.

Sepekan setelah peristiwa, ia didatangi petugas RSUP Sanglah dan perwakilan Pemerintah Australia. Mereka meminta pakaian bekas yang pernah dipakai suaminya. Pakaian itu akan digunakan untuk tes DNA. Dua pekan setelah itu, ia menerima kantung mayat berisi tulang belulang suaminya.

Ungkapan Kecewa Muhammad Ferarri Golnya Dianulir Wasit

"Suami saya pergi kerja dengan pakaian rapi, lalu hilang beberapa lama. Kemudian, dia pulang hanya tulang belulang," kata Rasmi dengan suara berat.

Rasmi menangis sejadi-jadinya. Ia tak terima dengan kenyataan tersebut. Ia marah. Namun, ia pada akhirnya menerima kenyataan. Kini Rasmi menjadi tulang punggung untuk tiga anaknya yang masih kecil-kecil.

Meski kontroversi, peringatan bom Bali I tetap digelar. Pemerintah Australia melarang digelarnya kembali peringatan itu setelah peringatan satu dekade yang dipusatkan di GWK 12 Oktober 2012.

Meski melarang, Konjen Australia tetap menggelar acara peringatan bom Bali I. Belum lama ini, usai menghadiri KTT APEC, Perdana Menteri Australia, Tony Abbot mengunjungi monumen bom Bali pada 9 Oktober lalu. Pada kesempatan itu, Tony Abbot menyampaikan jika Australia tetap akan memberikan bantuan kepada para korban dan keluarga yang ditinggalkan.

Menanggapi hal itu, relawan kemanusiaan bom Bali, Haji Bambang, mengatakan, peringatan harus dilakukan secara perorangan. "Jangan sampai mengerahkan massa. Jangan sampai membuat trauma terus berkepanjangan," dia berpesan. (art)

MPM.

Pendapatan Naik 3 Persen, MPM Cetak Laba Bersih Rp 165 Miliar Kuartal I-2024

MPM mencatat bahwa naiknya pendapatan tersebut didorong oleh peningkatan bisnis sepeda motor dan perbaikan performa bisnis asuransi.

img_title
VIVA.co.id
30 April 2024