Sumber :
- REUTERS/ Mohamed Abdullah
VIVAnews
- Banyak warga negara Indonesia (WNI) menjadi mujahidin di wilayah konflik. Menurut Direktur Perlindungan WNI di Kementerian Luar Negeri, Tatang Razak, ada sekitar 50 WNI menjadi mujahidin di Suriah.
Namun menurut Deputi Penindakan Badan Nasional Terorisme (BNPT), Arief Darmawan, masih banyak lagi mujahidin Indonesia yang berjuang di berbagai medan pertempuran.
Baca Juga :
Terpopuler: Kesaksian Mengejutkan Kematian Satpam, Manajer Resto Hotman Paris Bawa Kabur Uang
Arief menambahkan, hingga hari ini BNPT tidak memiliki data pasti berapa WNI yang menjadi mujahidin. Tapi menurutnya, jumlah itu bertambah terus setiap tahunnya.
"Alumni Afganistan saja jumlahnya bisa seratusan lebih. Ditambah yang Suriah dan negara yang lain," katanya.
Jenderal polisi berbintang dua ini mengatakan para WNI yang menjadi mujahidin masuk melalui berbagai wilayah di negara ketiga.
"Yang sering dijadikan pintu masuk seperti Jordan, Yaman, Mesir dan Pakistan. Mereka masuk dengan berbagai cara, di antaranya menjadi relawan kemanusiaan," katanya.
Pemerintah hanya sanggup melakukan pengawasan dengan melakukan koordinasi antar negara di wilayah yang dijadikan jalur masuk. Di sini peran diplomatik digunakan untuk mencari data dan mengklarifikasi jumlah WNI yang masuk ke wilayah konflik.
BNPT kemudian melakukan validasi, menunggu kepulangan mereka ke tanah air dan melakukan pendampingan terhadap mereka dan keluarganya.
Ini dilakukan agar mereka tidak melakukan berbagai aksi teror seperti mujahidin terdahulu. Banyak pelaku berasal dari kelompok Amrozi, lulusan konflik di Afganistan.
"Kita harus dampingi mereka. Posisi mereka cukup membingungkan. Ini berhubungan dengan diplomatik dan keselamatan mereka. WNI kita bisa dihukum mati, mereka tidak bisa diterlantarkan. Mereka bisa bergabung dengan kelompok teroris di sini dan membuat aksi teror," katanya. (umi)
Halaman Selanjutnya
"Alumni Afganistan saja jumlahnya bisa seratusan lebih. Ditambah yang Suriah dan negara yang lain," katanya.