Sumber :
- Antara/ Wahyu Putro A
VIVAnews
– Polri mengumpulkan barang bukti dari rumah kontrakan yang menjadi lokasi persembunyian teroris di Jalan KH Dewantoro Gang H Hasan, Kampung Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan, Rabu 1 Januari 2014. Seluruh teroris yang menghuni rumah tersebut telah dibekuk pagi tadi, enam di antaranya tewas dan satu sedang diinterogasi polisi.
Dalam olah tempat kejadian perkara, polisi menemukan uang senilai sekitar Rp200 juta, bahan kimia, barang elektronik, bom, dan dokumen, catatan tangan, dan peta. Berdasarkan dokumen dan peta itu, teroris pimpinan Dayat itu diketahui menarget banyak wihara untuk dibom.
Baca Juga :
Indonesia U-23 Kalah dari Irak U-23
Baca Juga :
Jelang Hari Kebebasan Pers Sedunia, Gaza Berduka Atas Kematian 140 Jurnalis dalam Serangan Israel
Polisi juga menyita senjata dari rumah itu, yakni lima golok sepanjang 50 cm, peluru kaliber 9 milimeter sebanyak 34 butir, revolver, dan lain-lain. Buku berjudul ‘SYAM Bumi Rihad dan Jihad’ juga ikut disita polisi. Total 50 buku yang ditemukan polisi, termasuk buku panduan yang ditulis tangan.
Boy Rafli Amar mengatakan, Densus terpaksa menembak teroris-teroris itu karena mereka tidak mau menyerahkan diri, malah menembak polisi. Keenam jenazah teroris saat ini sudah diidentifikasi di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.
Jaringan Abu Roban
Penggerebekan teroris di Tangsel ini merupakan pengembangan penyelidikan dari penangkapan teroris di Banyumas, Jawa Tengah, Selasa siang 31 Desember 2013. Teroris yang dibekuk di Banyumas, Anton, merupakan anggota dari kelompok teroris yang bersembunyi di Tangsel.
“Persembunyian mereka di Tangsel terungkap karena satu dari mereka tertangkap. Ada 9 orang yang ditangkap, 6 tewas di Tangsel. Yang ditangkap di Banyumas satu kelompok dengan yang di Tangsel. Mereka kelompok Abu Roban,” kata Boy.
Abu Roban sesungguhnya sudah tewas dalam baku tembak di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, awal Mei 2013. Namun anggotanya terus bergerak. Kelompok Abu Roban telah dipersenjatai dan punya kemampuan untuk menggunakan senjata. Mereka mengikuti kamp pelatihan di Poso, Sulawesi Tengah. (sj)
Halaman Selanjutnya
Boy Rafli Amar mengatakan, Densus terpaksa menembak teroris-teroris itu karena mereka tidak mau menyerahkan diri, malah menembak polisi. Keenam jenazah teroris saat ini sudah diidentifikasi di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.