KNKT: Kurang Tidur saat Mudik serupa Mengemudi Sambil Mabuk

Ilustrasi kecelakaan tabrakan beruntun saat musim mudik.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Syaiful Arif
VIVA.co.id - Kecelakaan lalu lintas di berbagai jalur mudik Lebaran masih terjadi hingga sehari sebelum Idul Fitri. Bahkan beberapa kecelakaan menimbulkan korban jiwa dan kerugian dengan nilai ratusan juta rupiah.
Tewaskan 10 Orang di Cianjur, Supir Truk Jadi Tersangka

Menurut Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), sebagian besar penyebab kecelakaan adalah faktor pengendara yang kelelahan. Sebagian orang memaksa tetap mengemudi meski merasa sudah cukup lelah atau mengantuk.
Mobil Dinas Ditumpangi Bupati Dairi Terbalik di Karo

FX Nurcahyo Utomo, seorang investigator pada KNKT, menjelaskan bahwa manusia akan lelah dan mengantuk setelah 16 jam terjaga. Jika bangun pukul lima pagi lalu merasa mengantuk pada pukul sepuluh malam, itu pada dasarnya normal. Tetapi kondisi itu menjadi semacam peringatan agar tubuh harus segera diistirahatkan. Kalau dipaksakan, apalagi saat berkendara, tentu sangat berisiko. 
Remaja Tewas Terlindas Truk di Penjaringan

"Performance (stamina) turun setara kita minum satu gelas bir. Setelah 18 jam tidak tidur, setara minum dua gelas bir. Kalau masih nyetir (mengemudi) sama saja dengan orang mabuk nyetir," katanya dihubungi pada Kamis, 16 Juli 2015.

Karena itu, dia menyarankan para pemudik beristirahat yang cukup agar terhindar dari kecelakaan dan gagal mengemudi. "Jadi kalau macet dan sudah lebih 16 jam di jalan, tidur dulu. Ganti sopir kalau ada. Kalau perusahaan bus, mengejar setoran, sopir suruh bolak-balik Jakarta. Kurang tidur risikonya sangat tinggi," katanya.

Sementara itu, Kepala Posko Harian Kementerian Perbuhungan, Yudhi Sari, memaparkan jumlah angka kecelakaan lalu lintas periode 2014 terjadi sebanyak 965, sedangkan pada 2015 menurun menjadi 251 kecelakaan. Angka itu menurun sekitar 74 persen.

Korban meninggal dunia pun menurun. Pada 2014 sebesar 214 korban tewas, sedangkan di 2015 ada 168 korban meninggal dunia. Angka itu menurun menjadi 79 persen.

Korban luka berat tahun 2014 mencapai 314 orang, sedangkan di tahun 2015 turun menjadi 105 orang. Jumlah itu menurun sekitar 67 persen. Korban luka ringan periode 2014 mencapai 1,187 orang, sedangkan di 2015 menurun menjadi 337 orang. Persentasenya menurun menjadi 72 persen.

"Total kerugian materiil pada 2014 sekira Rp2,3 miliar, sedangkan di tahun 2015 turun menjadi Rp708 juta. Persentasenya turun menjadi 70 persen," kata dia. (ren)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya