Sumber :
- VIVA.co.id/ D.A. Pitaloka
VIVA.co.id
- Berkurangnya luasan hutan di Kalimantan berdampak pada perilaku satwa endemik orangutan. Banyak pengamatan langsung yang sering menemui orangutan berjalan di darat dibandingkan bergelayutan di pepohonan. Luasan hutan dan berkurangnya pohon membuat satwa langka itu mulai mengubah perilaku mereka untuk berdaptasi.
“Ada banyak artikel yang menyebutkan orangutan saat ini lebih banyak menghabiskan waktu di darat dibandingkan di atas pohon. Ada perubahan perilaku meskipun belum dibuktikan secara ilmiah,” kata Swasti Pramudya, Juru Bicara Profauna, lembaga peduli konservasi hutan dan satwa di Malang, Minggu, 27 September 2015.
Baca Juga :
Buku Daftar Mujahid Kelompok Malang Ditemukan
Baca Juga :
Curiga Ada Bom, Densus Tutup Jalan di Malang
realtime
. Kami masih berencana untuk membuat aplikasi sekaligus menjaring relawan berbasis masyarakat setempat,” ucapnya.
Namun sebelum aplikasi itu lahir, aktivis bersama masyarakat berlatih untuk melakukan evakuasi Orangutan penghuni hutan yang rusak. Orangutan akan dilumpuhkan menggunakan sumpit dan dipindah ke BOS, Borneo Orangutan Survival, tempat penangkaran orangutan untuk kemudian dilepasliarkan di sekitar hutan Wehea, Kabupaten Kutai Timur.
“Masyarakat seperti di Sampit sangat terlatih melumpuhkan orangutan menggunakan sumpit,” ujarnya.
Hutan Wehea merupakan hutan adat yang kini ikut dikuasi oleh enam desa setempat. Mereka berkomitmen untuk menjaga hutan seluas 300 hektare itu tetap lestari meskipun di dalamnya juga terdapat hutan yang dimiliki oleh perusahaan sawit. Saat ini setidaknya terdapat lebih dari 60 persen mamalia Kalimantan yang bernaung di dalamnya.
"Hutan Wehea adalah salah satu hutan binaan kami dengan warga setempat. Sekarang tantangannya adalah membuat lahan perusahaan sawit di dalam hutan bisa terus mengecil dan akhirnya pergi,” ujar Swasti berharap.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
realtime