Penelitian Soal 'Desa Prostitusi' di Lombok Diragukan

Ilustrasi/Wisata Lombok.
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Riset lembaga End Child Prostitution, Pornography and Traficking for Sexual Purposes (ECPAT) Indonesia yang menyebut ada sebuah desa di Lombok Nusa Tenggara Barat yang memiliki budaya prostitusi diragukan kebenarannya.

Polisi Larang Warga Bawa Petasan saat Nobar Timnas Indonesia U23 vs Uzbekistan

Pasalnya, pemerintah setempat tidak pernah menerima permohonan penelitian atau pun menerbitkan perizinan penelitian soal desa prostitusi tersebut ke lembaga penelitian ECPAT.

“Peneliti dari lembaga mana itu, kami dan warga tidak pernah mendengar nama lembaganya melakukan penelitian. Kita bahkan tidak pernah mendapatkan laporan adanya penelitian dari lembaga itu,” ujar Juru Bicara Pemprov NTB, Yusron Hadi, Kamis, 16 Juni 2016.

Bentuk Kepedulian Muhammadiyah Buat Penyandang Difabel

Yusron mengatakan, pihaknya sudah melakukan pengecekan langsung ke daerah yang disebut peneliti memiliki budaya prostitusi. Namun tidak ada satu pun warga yang membenarkan informasi tersebut.

"Kami sudah mengecek ke lokasi melibatkan intel dan aparatur desa setempat di wilayah Lombok Tengah. Tidak ada pernyataan warga yang membenarkan berita buruk tentang adanya masyarakat yang menjual anggota keluarganya sebagai budak seksual di Lombok tersebut,” katanya menambahkan.

DKPP Ungkap Laporan Pelanggaran Pemilu 2024 Terbanyak dari Provinsi Papua

Ia menyesalkan adanya pernyataan peneliti yang menyebut adanya budaya prostitusi di Lombok. Isu itu dinilainya telah membuat dampak buruk bagi citra daerah, khususnya terkait aktivitas pariwisata. Karena telah menurunkan kepercayaan diri masyarakat.

"Jangan sampai berita ini mengacaukan perjuangan kita untuk giat membangun, dan menurunkan kepercayaan diri masyarakat terhadap daerahnya sendiri," katanya menegaskan.

Sebelumnya, seorang peneliti dari ECPAT, Samsul Maarif, membeberkan adanya praktik prostitusi di salah satu desa yang ada di Lombok, NTB. Desa yang dirahasiakan namanya itu, menurut Samsul, kerap menjual anggota keluarganya untuk dijadikan budak seksual.

Tradisi itu bahkan telah berlangsung puluhan tahun. "Salah satu informan kami namanya Siti (nama samaran), ia baru berusia 15 tahun dan dijual oleh bibinya sendiri untuk dijadikan sebagai pelacur. Dan memang bibi serta keluarganya sudah turun temurun melakukan hal itu," kata Samsul kepada VIVA.co.id, Rabu, 15 Juni 2016. (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya