Gubernur Lemhannas: Perang Hegemoni AS vs Tiongkok Jadi Ancaman Pertahanan IKN

Gubernur Lemhannas Andi Widjajanto.
Sumber :
  • Dokumentasi Lemhanas.

VIVA Politik – Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI Andi Widjajanto memprediksi perang antarnegara adidaya (hegemonic war) menjadi salah satu ancaman bagi pertahanan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang saat resmi berdiri nanti akan menjadi pusat pertahanan (center of gravity) Indonesia.

Baba Vanga Ramal Perang Dunia III Akan Terjadi, Gegara Konflik Iran-Israel?

Ketika memberi paparan pada seminar mengenai IKN di Jakarta, Kamis, 25 Mei 2023, Andi Widjajanto menjelaskan bahwa ancaman perang terbuka tidak datang dari negara tetangga seperti Malaysia dan Australia, tetapi justru dari dampak konflik dua negara adidaya yang saat ini pengaruhnya dapat ditemukan di berbagai negara di dunia, misalnya seperti Amerika Serikat dan Tiongkok.

Dalam lima sampai sepuluh tahun lagi, kalau memikirkan mempertahankan IKN, menurut dia, konteksnya perang hegemonik.

SPKLU Sudah Banyak, Naik Wuling BinguoEV Bisa dari Jakarta ke Mandalika

"Itu konteksnya bukan Tiongkok menyerang Indonesia, bukan Amerika Serikat menyerang Indonesia, bukan Malaysia menyerang Indonesia, melainkan saat kita berusaha mempertahankan IKN, konteksnya ada pertarungan di global, pertarungan geopolitik besar Amerika Serikat versus Tiongkok," kata Andi Widjajanto.

Neta Mulai Rakit Mobil Listrik di Indonesia

Andi menjelaskan bahwa IKN dan wilayah lain di Indonesia kemungkinan memang tidak menjadi sasaran utama serangan, tetapi Indonesia menjadi titik yang dilintasi atau dilewati untuk memobilisasi serangan.

"Indonesia bukan menjadi mandala utama, melainkan dari Darwin, dari Adelaide menuju ke mandala utamanya pasti lewat ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) II. Pasti, harus melakukan itu," katanya.

Daerah perairan ALKI II yang membentang dari Selat Lombok, Selat Makassar, dan Laut Sulawesi, kata dia, merupakan daerah pelayaran terbuka yang dekat dengan IKN.

Pembangunan jalan lingkar sepaku yang menjadi konektivitas menuju IKN.

Photo :
  • Dok. PUPR

Oleh karena itu, Andi, dalam kajian awalnya mengenai pertahanan IKN, menyampaikan ada beberapa skenario pertahanan yang dapat dipersiapkan, di antaranya menerapkan delapan protokol A2/AD (anti-akses/penangkalan wilayah). Strategi pertahanan A2/AD saat ini juga telah diatur dalam Kebijakan Umum Pertahanan Negara (Jakumhaneg).

"Kita bisa menggelar A2/AD (antiaccess area denial), anti-akses/penangkalan wilayah. Katakanlah kita bisa menggelar delapan protokol A2/AD, mulai dari pertahanan berlapis, pengawasan laut-udara, yang paling susah nanti zona larangan terbang, zona eksklusi maritim sebagai bagian dari ADIZ (zona identifikasi pertahanan udara, red.)," kata Andi.

Dalam paparan Andi, yang mengutip hasil kajian Lab 45 pada 2022, delapan protokol A2/AD yang dapat digelar di IKN, yaitu pertahanan berlapis, pengawasan laut dan udara, gelar tindakan balasan, penetapan zona larangan terbang, zona eksklusi maritim, pertahanan siber, pemutusan komunikasi, dan diplomasi.

VIVA Militer: Kapal perang Angkatan Laut China (PLAN) di dekat perairan Taiwan

Photo :
  • scmp.com

Lab 45 merupakan lembaga kajian yang berkonsentrasi membuat analisis dan riset mengenai dinamika geopolitik berikut dampak-dampaknya terhadap kemajuan dan stabilitas di Indonesia. Andi Widjajanto merupakan salah satu penasihat senior Lab 45.

"Hal-hal ini saya ungkapkan sebagai titik awal dari kajian kita memperkuat pertahanan Nusantara, tetapi tesis utama yang saya sampaikan membangun pertahanan Nusantara," ujarnya.

"Jadi, bukan sekadar membangun Ibu Kota Nusantara-nya, melainkan memikirkan bagaimana pertarungan negara (pemegang) hegemoni, terutama Amerika Serikat, Tiongkok, yang nantinya menjadikan Indonesia, Nusantara sebagai salah satu titik yang harus mereka dapatkan untuk memastikan kemenangan dalam pertarungan mereka."

Dengan demikian, kata dia, cenderung tidak akan bilateral A lawan Indonesia, B lawan Indonesia, tetapi A dan B bertarung, lalu Indonesia terjepit di tengah-tengah.

Menurut dia, Indonesia masih memiliki waktu untuk menyusun strategi pertahanan dan menyiapkan pasukan dan alutsistanya untuk membuat pertahanan berlapis demi menjaga wilayah NKRI, terutama Ibu Kota Nusantara.

"Kita masih punya waktu untuk mengembangkan pertahanan-pertahanan ini, terutama untuk mengadopsi teknologi," kata Andi Widjajanto. (ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya