Ketua Relawan: Gibran Rakabuming adalah Korban Kekerasan Politik

Sekelompok relawan yang menamakan diri "Beta Gibran", di Jakarta, Sabtu, 26 Agustus 2023, mendeklarasikan dukungan terhadap Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka untuk maju sebagai calon wakil presiden dalam Pemilu 2024.
Sumber :
  • VIVA/Mohammad Yudha Prasetya

Jakarta - Sekelompok relawan yang menamakan diri "Beta Gibran" mendeklarasikan dukungan terhadap Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka untuk maju sebagai calon wakil presiden dalam Pemilu 2024.

Lebih Cerdas Pilih Hunian, Milenial Hingga Gen Z Lebih Suka yang Seperti Ini

Ketua Umum Beta Gibran Twedy Ginting menjelaskan, salah satu alasan di balik deklarasi dukungan terhadap putra sulung Presiden Joko Widodo tersebut adalah untuk mendobrak segala macam bentuk kekerasan politik yang kerap distigmakan kepada para anak muda yang mau terjun ke dunia politik.

Sebab, apabila dengan kapasitas sebagai Wali Kota Surakarta sekaligus putra presiden saja Gibran kerap disebut sebagai 'anak ingusan' yang tidak bisa apa-apa, tak menutup kemungkinan kekerasan politik serupa juga terjadi kepada para pemuda lain yang juga hendak masuk ke dunia politik.

Gen Z Stop Overthinking! Hal-Hal Ini Jangan Dibikin Pusing

Gibran Rakabuming Raka Bersama Dico M Ganinduto

Photo :
  • Teguh Joko Sutrisno

"Dengan munculnya nama Mas Gibran akhir-akhir ini, beliau secara langsung mengalami kekerasan politik: Dibilang anak ingusan dan segala macam, kena bully. Bayangkan saja, Mas Gibran yang Wali Kota dan anak Presiden saja bisa mendapatkan hal semacam itu," kata Twedy dalam diskusi usai Deklarasi Relawan Beta Gibran di Cikini, Jakarta, Sabtu, 26 Agustus 2023.

Antusiasnya Santri di Aceh Ikuti Program Kembangkan Minat dan Bakat

"Ini kan (kekerasan politik) ibarat puncak gunung es; bagaimana dengan anak-anak muda Indonesia yang lain yang tidak punya apa-apa [kalau mereka mau terjun ke politik]," ujarnya.

Selain itu, Twedy juga menjelaskan alasan lain yang membuatnya mendorong Gibran Rakabuming untuk maju ke pentas politik 2024. Tidak banyak anak muda Indonesia yang punya kesempatan untuk tampil di politik, katanya.

"Padahal orang-orang tua juga sering mengatakan kepada yang lebih muda, 'Ayo anak muda, masa depan republik ini ada di tangan Pemuda'. Tapi, ketika ada kesempatan untuk anak muda maju, apakah mereka juga akan legowo? Kan belum tentu juga," kata Twedy.

Putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka.

Photo :
  • VIVA/Fajar Sodiq.

Sosok Gibran, menurutnya, sangat menarik dibandingkan dengan semua tokoh atau figur milenial dan Gen Z di Indonesia saat ini, salah satunya terkait berbagai prestasi yang berhasil diraihnya, dalam kapasitas sebagai Wali Kota Surakarta.

Karenanya, Twedy pun berkesimpulan bahwa saat ada anak muda, milenial, atau Gen Z yang punya potensi dan mau masuk ke dunia politik, banyak pihak yang justru menganggap hal itu sebagai ancaman. Karena bagi sekelompok orang anak muda yang potensial itu adalah ancaman, meskipun di sisi lain mereka memberikan harapan bahwa para anak muda juga bisa berperan memberikan yang terbaik bagi bangsa ini.

Kemudian jika dilihat dari figur Gibran dalam kapasitasnya sebagai wali kota dan anak presiden, kata Twedy, dapat diambil kesimpulan bahwa kekuasaan dan privilege yang dimiliki Gibran itu tidak menjadikan dirinya makin arogan dan sewenang-wenang.

"Malah kalau kita mau lihat transformasinya Mas Gibran, beliau itu makin down to earth; makin santun dan makin merakyat. Padahal mayoritas manusia itu saat punya kekuasaan, cenderung arogansinya muncul. Nah, yang kita lihat dari Mas Gibran itu sebaliknya," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya