- Biro Pers Istana/ Abror Rizki
VIVAnews - Pengamat politik Burhanuddin Muhtadi menilai tidak mudah bagi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menerima pinangan Demokrat untuk bergabung dalam kabinet. Menurut peneliti senior Lembaga Survei Indonesia itu, survei membuktikan PDIP besar karena posisinya yang diametral dengan Pemerintahan.
Apabila PDIP akhirnya memutuskan untuk menerima tawaran berkoalisi, maka harga yang harus dibayar di masa mendatang akan sangat mahal. "Kalau berbalik dan menerima tawaran itu, sama saja dengan menelan ludah sendiri yang sudah dikeluarkan. Itu artinya harga politik yang mahal sekali untuk PDIP," kata Burhan kepada VIVAnews.com.
Mengapa mahal? Karena citra PDIP sebagai partai yang konsisten dan teguh sebagai oposisi selama ini di masyarakat dan para pendukungnya bakal runtuh seketika jika berbalik masuk koalisi hanya karena tawaran transaksional jabatan dan kursi di kabinet. "Runtuh semua bangunan kepercayaan atas konsistensi PDIP itu jika menerima koalisi karena pertimbangan yang transaksional begitu."
Survei LSI membuktikan sejak 2004, lanjut Burhan, hubungan antara PDIP dan Pemerintah selalu berbanding terbalik. "Jika persepsi masyarakat terhadap pemerintah meningkat, elektabilitas PDIP menurun. Sebaliknya, kalau persepsi publik terhadap pemerintah menurun, maka elektabilitas PDIP meningkat. Selalu begitu," kata Burhan. (adi)