PKS Akan Buat Langkah Koreksi Hapus Citra Negatif

Ratusan ribu kader & simpatisan PKS di Gelora Bung Karno
Sumber :
  • Antara/ Andika Wahyu
VIVAnews -
Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Hidayat Nurwahid, menganggap kasus korupsi yang menimpa salah satu kadernya yakni, Luthfi Hasan Ishaaq adalah sebuah ujian untuk partai.


Hidayat mengaku, walaupun dengan dijadikannya Luthfi sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi menciptakan citra negatif. Namun PKS akan menghadirkan langkah-langkah koreksi terhadap citra negatif tersebut dengan menghadirkan sejarah baru.


"Kami bisa menggantikan dengan waktu yang sangat pendek dan tanpa konflik kepemimpinan, itu adalah sejarah yang baru," kata Hidayat kepada
Tukang Taichan Syok, Lagi Asyik Ngobrol Tiba-tiba Mobil Ngebut Tabrak Warung dan 7 Motor
VIVAnews
, Senin malam, 4 Februari 2013.
Terpilih Kembali Jadi Wakil Presiden Liga Parlemen Dunia untuk Palestina, Fadli Zon: Ini Tugas Mulia


Jawaban Santai Presiden PKS Usai Ditolak oleh Partai Gelora Gabung ke Prabowo-Gibran
Selain itu, menurut Hidayat, untuk tetap meyakinkan kader, PKS juga melakukan konsolidasi ke daerah-daerah. "PKS akan melakukan kunjungan ke Sumatera Utara dan lainnya. Agenda satu dua minggu ke depan presiden partai ke daerah-daerah," kata anggota Komisi I DPR itu.

Meskipun salah satu kadernya terkena masalah korupsi, kata Hidayat, PKS tidak akan pernah berhenti untuk menabuh genderang perang terhadap tindakan korupsi.


"PKS akan tetap berkomitmen menjalankan partai bersih antikorupsi. Justru musibah ini adalah gemblengan. Tidak boleh ménjadikan partai ini terpuruk" ujar Hidayat.


Sebelumnya, Direktur Eksekutif Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Toto Izul Fatah menyatakan penetapan Presiden Partai Keadilan Sejahtera Luthfi Hasan Ishaaq sebagai tersangka merupakan awal kebangkrutan partai tersebut. Status tersangka Luthfi, menurut Toto, berpengaruh besar.


"PKS itu memiliki karakteristik pemilih atau konstituen ideologis yang lebih militan ketimbang partai lain, termasuk partai Islam sejenis seperti PPP," kata Toto.


Menurut Toto, militansi beraroma agama itu akan runtuh ketika orang yang menjadi panutan ternyata melenceng dari ajaran agama. Kondisi seperti itu hampir sama dengan militansi para santri di sebuah pesantren atau jamaah pengajian.


"Begitu kiainya melakukan perbuatan tercela atau melanggar susila, maka santrinya cepat atau lambat meninggalkan pesantren itu," ujarnya.


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya