Permintaan Rendah, Impor Barang Modal Melorot hingga Oktober 2020

Ilustrasi Ekspor-Impor
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, impor Indonesia sejak Januari hingga Oktober 2020, tercatat mengalami penurunan sebesar minus 19,07 persen.

Pabrik Bata Tutup, BPS Catat RI Banyak Impor Alas Kaki dari China

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto, menjelaskan, rendahnya angka impor Indonesia itu disebabkan oleh masih lesunya permintaan barang modal dan permintaan bahan baku atau barang pengganti di Tanah Air.

"Berdasarkan penggunaan barang, impor barang modal turun sebesar 20,29 persen menjadi US$84,09 miliar, dan impor bahan baku turun 19,75 persen menjadi US$18,74 miliar," kata Setianto dalam telekonferensi, Senin 16 November 2020.

Neraca Perdagangan RI Surplus 4 Tahun Beruntun, Terpanjang Sepanjang Sejarah?

Baca juga: Mengenal RCEP, Zona Perdagangan Bebas Terbesar Dunia Tanpa Libatkan AS

Setianto menjelaskan, impor nonmigas pada Oktober 2020 tercatat mencapai US$9,70 miliar, atau turun 6,65 persen dibandingkan September 2020. Angka itu juga tercatat turun 25,36 persen, dibandingkan capaian bulan Oktober 2019.

BPS Catat Impor RI April 2024 Merosot 10, 60 Persen, Ini Pendorongnya

Sementara itu, impor migas pada Oktober 2020 tercatat mencapai US$1,08 miliar, atau turun 8,03 persen dibandingkan September 2020. "Secara year-on-year, angka itu tercatat turun 38,54 persen jika dibandingkan bulan Oktober 2019," ujar Setianto.

Di sisi lain, Setianto menjelaskan bahwa penurunan impor nonmigas terbesar pada Oktober 2020 secara month-to-month, terjadi pada golongan mesin dan perlengkapan elektrik yang mencapai senilai US$200,9 juta atau sekitar 11,90 persen. Namun, terjadi juga peningkatan terbesar dalam golongan bijih, terak, dan abu logam, senilai US$36,5 juta atau sekitar 74,28 persen.

Jika dilihat dari negara asal, BPS mencatat bahwa ada tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama periode Januari-Oktober 2020, yakni China dengan nilai mencapai US$31,02 miliar atau sekitar 30,18 persen.

"Kemudian diikuti oleh Jepang yang mencapai US$8,81 miliar atau sekitar 8,57 persen, dan Singapura yang mencapai US$6,74 miliar atau sekitar 6,56 persen," kata Setianto.

“Jika ditotal secara regional, maka impor nonmigas dari kawasan ASEAN tercatat mencapai sebesar US$19,25 miliar, atau sekitar 18,73 persen," ujarnya. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya