Incar Proyek Kereta di Afrika, Inka Akan Bangun Pabrik di Benua Itu

Pekerja menyelesaikan pengerjaan kereta di pabrik PT Inka, Madiun, Jawa Timur.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Zabur Karuru

VIVA – PT Industri Kereta Api atau PT INKA berencana untuk membangun pabrik di Benua Afrika, dalam upaya mencari dan meraih peluang bisnis di bidang perkeretaapian di kawasan itu.

Viral Video Baku Hantam Dua Kelompok Suporter Bola di Stasiun Manggarai, Bikin Panik Penumpang

Direktur Utama Inka, Budi Noviantoro, mengatakan, tujuan utamanya adalah untuk mengincar proyek kereta api yang akan dibangun di benua tersebut, dalam kurun 20-30 tahun mendatang.

"Untuk Afrika kemungkinan besar kita akan bangun pabrik di sana, karena (proyek) ini cukup besar, melingkupi lintas Afrika dan upgrade ini cukup besar kebutuhannya," kata Budi dalam telekonferensi, Rabu 18 November 2020.

Ada Aksi May Day, 12 Kereta Api dari Stasiun Gambir Berhenti di Stasiun Jatinegara Hari Ini

Budi menjelaskan, proyek tersebut adalah African Belt Economic Development (ABED), yang bertujuan menghubungkan jaringan negara-negara di Afrika Network yang selama ini tidak bisa menjual, dan tidak bisa mentransfer komoditas atau hasil-hasil produk mereka ke luar negeri.

Baca juga: Lima Pertimbangan Menkeu Belum Umumkan Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Kecelakaan KA Rajabasa Tabrak Bus dan Timbulkan Korban Jiwa, KAI Soroti Disiplin Lalu Lintas

Beberapa rincian proyeknya yakni jalur Mali-Senegal 1.929 kilometer yang harus di-upgrade, Burkina Faso-Pantai Gading 622 km, dan lainnya. Sementara itu, proyek yang paling besar yakni di area DRC Kongo, dengan realisasi sekitar 4.000 km.

"Tapi mereka minta lagi untuk double track bisa saja 11 ribu km, ini di sekitaran Kongo saja," ujar Budi.

Budi mengaku, selain untuk proyek besar pembangunan lintasan kereta api sepanjang 19.241 km di Benua Afrika itu, setidaknya sampai saat ini sudah ada tiga negara lain yang sudah sepakat untuk pembangunan proyek kereta api bersama Inka.

Selain pasar Benua Afrika, Budi menyebut bahwa Inka juga akan masuk ke pasar Amerika Latin, misalnya ke Guyana, Suriname, dan Honduras yang sebelumnya bahkan sudah pernah datang ke kantor Inka untuk berdiskusi perihal kemungkinan masuk ke pasar Amerika Latin.

Budi mengatakan, perwakilan yang datang itu mengaku bahwa negara mereka sudah mulai bosan dengan produk China. Karenanya, meskipun jaraknya cukup jauh, itulah pasar yang memungkinkan bisa dimasuki oleh Inka dan BUMN lainnya.

"Kami jual satu paket mulai dari survei, desain, konstruksi, pengadaan, supervisi, dan operator. Kita satu paketkan termasuk training tenaga lokal yang nanti kita training di Indonesia, untuk bisa membantu mengoperasikan kereta atau proyek lain," ujarnya. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya