Saham Emiten Batu Bara Diperkirakan Menguat di Akhir Tahun, Ini Penyebabnya

Kapal tongkang pengangkut batu bara saat melintas di Sungai Musi, Palembang (ilustrasi)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

VIVA Bisnis – Saham dari emiten di sektor energi khususnya batu bara, diperkirakan akan menguat di akhir tahun ini hingga ke awal tahun 2023. Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi menjelaskan, hal itu karena adanya potensi kenaikan harga batu bara secara global, akibat tingginya permintaan di akhir tahun dan awal tahun 2023.

Jelang World Water Forum, Pertamina Patra Niaga Pastikan Pasokan Energi di Bali Aman

Sebab, dipastikan bahwa kebutuhan batu bara akan melonjak tinggi, khususnya di negara-negara Eropa dan Barat yang bakal dihadapkan pada kondisi musim dingin dan cuaca ekstrem pada akhir dan awal tahun mendatang.

Sehingga, naiknya harga batu bara itu dipastikan juga akan berdampak positif bagi para emiten batu bara, karena akan turut mengerek kinerja saham mereka di bursa efek Indonesia (BEI).

Putri Isnari Ungkap Kebahagiaan Setelah Menikah, Ria Ricis : Halah, Baru Juga 1 Bulan

"Bisa saja (harga batu bara naik). Karena ada kemungkinan besar bahwa pada bulan November, Desember, Januari, Februari, dan Maret itu, adalah musim dingin yang ekstrem di sejumlah negara Eropa dan Barat pada umumnya," kata Ibrahim saat dihubungi VIVA Bisnis, Jumat 14 Oktober 2022.

Ilustrasi investor pasar modal.

Photo :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin
Pertamina Gandeng Japan Cooperation Center For Petroleum & Sustainable Energy (JCCP)

Dengan ancaman cuaca dingin yang ekstrem itu, Ibrahim memastikan negara-negara di Eropa akan meningkatkan impor batu baranya sebanyak mungkin, baik dari Indonesia maupun dari Australia.

"Karena kebutuhan batu bara ini berhubungan dengan masyarakat dan pemerintahan di sana. Walaupun harganya relatif akan lebih mahal, tetapi pasti tetap akan diambil," ujarnya.

Ke depannya, Ibrahim memperkirakan bahwa ada potensi kinerja saham para emiten batu bara seperti PT Bumi Resources TBK (BUMI) dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), juga masih akan cukup bagus. Apalagi, harga batu bara di pasar global saat ini masih di atas angka US$400 dolar per ton, dan kebutuhan energi di Eropa juga terus mengalami peningkatan.

Terlebih, perang Rusia-Ukraina juga belum diketahui sampai kapan akan berakhir. Hal itu mengingat campur tangan Amerika dan Eropa yang sudah terlibat, sehingga diperkirakan akan membuat krisisnya semakin lama.

"Karena kita belum tahu perang di Ukraina itu sampai kapan. Apalagi setelah adanya campur tangan Eropa dan Amerika di Ukraina, ini kan membuat perang bertambah lama sehingga krisis energi juga tak menentu sampai kapan," kata Ibrahim.

"Apalagi ada juga ketegangan antara Tiongkok dengan Taiwan, atau Korea Utara dan Korea Selatan. Hal-hal inilah yang membuat harga batu bara kemungkinan besar akan bisa menyentuh di level US$450 dolar per ton," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya