Zahra Muzdalifah, Striker Cantik Timnas yang Kerap Diremehkan

Striker timnas wanita Indonesia, Zahra Muzdalifah
Sumber :
  • VIVA.co.id/Sadam Maulana

VIVA - Sepakbola merupakan olahraga paling populer di Indonesia selain Bulutangkis. Belakangan ini sepakbola tidak hanya digandrungi kaum pria, namun juga sudah mulai digeluti para wanita.

Timnas Korea Utara Bantai Korea Selatan 7-0 di Bali

Bukan hanya sebagai pengemar, kaum hawa sudah mulai menggeluti dunia sepakbola secara profesional. Salah satunya Zahra Muzdalifah. Di Piala AFF Wanita 2018, dia menjadi salah satu pilar tak tergantikan di lini serang tim nasional Indonesia.

Perannya sebagai penyerang sayap kiri Garuda Pertiwi juga terlihat sangat menonjol. Dibekali kecepatan, dara kelahiran 4 April 2001 itu punya visi permainan yang bagus mengawali serangan timnas Merah Putih.

Timnas China dan Korsel Tiba di Bali untuk Tampil di Piala Asia Wanita U-17

"Saya mulai menggeluti sepakbola saat berusia 7 tahun. Awalnya saya hanya anak rumahan, namun setelah diajak liat Papa main bola, saya mulai menyukai," ujar Zahra, Rabu 4 Juli 2018.

Zahra bercerita jika dirinya merupakan anak yang tombok dan suka memanjat. Setelah menyaksikan ayahnya bermain bola, Zahra mulai mencoba menggeluti dunia kulit bundar.

Piala Asia Wanita U-17 Segera Dimulai di Pulau Dewata, Gratis Buat yang Mau Nonton

Secara otodidak, dia mempelajari teknik dasar sepakbola dengan menendang sendiri bola ke tembok. Zahra juga mulai mempelajari teknik juggling, passing dan shooting hingga kemampuannya kian terasah setelah memasuki usia 10 tahun.

"Sampai usia 10 tahun saya bersama teman-teman di luar sana main bola tanpa diajari siapa-siapa. Papa lihat saya sepertinya punya bakat karena tanpa pelatih sudah bisa teknik dasar sepakbola seperti passing, kontrol, juggling hingga teknik shooting," ungkapnya.

Kerap Diremehkan

Striker timnas wanita Indonesia, Zahra Muzdalifah

Melihat anaknya memiliki bakat, ayah Zahra mendaftarkannya ke Sekolah Sepakbola (SSB) di Madania khusus untuk kaum perempuan. Karena tidak berkembang, Zahra dipindahkan ke SSB Patriot Merah Putih yang semua muridnya merupakan kaum Adam.

Setelah itu, Zahra kembali pindah dan masuk ke ASIOP Apacinti. Disana kemampuan pemilik nomor 10 timnas wanita Indonesia terus berkembang dan selalu terpilih dalam tim inti disetiap turnamen yang diikuti.

Penampilannya kian menonjol usai memutuskan pindah ke Jakarta 69 yang dilatih salah satu legenda timnas Indonesia, Rocky Putiray. Disana, Zahra diajari semua teknik sepakbola hingga sekarang.

"Di Jakarta 69 aku diajari semuanya (oleh Rocky Putiray). Sampai sekarang saya masih di Jakarta 69," ungkap pengagum Neymar.

Zahra mengakui, memilih jalan hidup melalui sepakbola bukanlah perkara yang mudah. Sebagai wanita dia juga sering disarankan untuk berhenti bermain bola dan lebih memilih menjadi seorang model.

"Saat bermain bola bareng laki-laki saya juga sering diremehin. Mungkin karena saya cewek jadi dianggap nggak bisa main bola," kata Zahra.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya