Perang Liverpool Melawan Neymar di Matchday 1 Liga Champions

Para pemain Liverpool
Sumber :
  • Twitter.com/premierleague

VIVA – Liga Champions musim 2018/19 bakal dimulai pada Selasa 18 September 2018 atau Rabu dini hari WIB. Di matchday 1, sudah ada bigmatch yang tersaji.

Mikel Arteta Menolak Panik, Yakin Arsenal Bakal Bangkit

Itu mempertemukan Liverpool dengan Paris Saint-Germain di Anfield Stadium. Partai yang diprediksi menarik.

Kedua tim punya rekor bagus di awal musim ini. Baik Liverpool dan PSG sama-sama mencatatkan kemenangan 100 persen dalam lima laga pembuka di kompetisi domestik.

Liverpool Tersingkir dari Liga Europa Saat Bayer Leverkusen Melaju ke Semifinal

Semakin menarik kala melihat hubungan antara kedua juru taktik. Ya, Juergen Klopp dan Thomas Tuchel, keduanya sama-sama pernah menangani Borussia Dortmund.

Tentu, ada kemiripan skema permainan yang dimiliki keduanya. Tapi, Klopp lebih identik dengan gegenpressing miliknya. Sedangkan, Tuchel punya skema bermain yang taktis dengan bertumpu pada keindahan umpan satu-dua.

5 Klub Sepakbola yang Sering Tampil di Final Liga Champions, Real Madrid Teratas?

Terlepas dari itu semua, yang paling menarik adalah fakta di mana ini menjadi duel antara Liverpool dengan Neymar seorang. Kenapa?

Di awal musim, Neymar sempat melontarkan perang urat saraf dengan Liverpool. Pemain Timnas Brasil tersebut sempat berujar bahwa Liverpool yang punya skuat wah di musim ini, tak akan mampu finis di posisi empat besar.

Kuping Liverpool sudah panas. Bek Liverpool, Andrew Robertson, mengaku siap membungkam Neymar. Robertson bahkan berani meledek Neymar sebagai aktor ulung di atas lapangan dengan gemar melakukan diving.

Neymar di Piala Dunia 2018

"Keahliannya berbicara, banyak orang mengatakan jika dia mudah terjatuh. Terserah wasit untuk itu. Kami akan menjauhinya," kata Robertson dilansir situs resmi klub.

Meski begitu, Robertson mengakui jika Neymar merupakan pemain kelas dunia dan patut diwaspadai. "Kemampuannya luar biasa," terang Robertson.

Klopp pun bicara soal kekuatan PSG. Bagi Klopp, PSG menjadi salah satu lawan paling menantang. Besarnya tekanan, karena Liverpool menyandang status finalis musim lalu, disebut Klopp menjadi faktor lain yang bisa memberatkannya.

"Kami sudah menganalisa PSG. Namun, dua pemain utama mereka tak terlibat. Kami siap, tapi PSG bagus. Menarik, dan saya tak merasa adanya tekanan atau apa pun. Kami harus menang. Ayolah! PSG punya proyek sepakbola menarik," ujar Klopp dikutip Liverpool Echo.

Tugas Klopp musim ini sebenarnya lebih berat. Dengan tuntutan harus juara Premier League, Klopp wajib mengutak-atik skuatnya dengan baik.

Rotasi, adalah salah satu kewajiban yang harus dijalani Klopp demi memelihara performa Liverpool. Dan, tampaknya itu akan dijalankan Klopp dalam duel kontra PSG.

Misi PSG Memperbaiki Rekor

Hanya ada satu pikiran di benak PSG pada Liga Champions musim ini, yaitu memperbaiki rekor. Ya, dengan pengeluaran yang fantastis dalam beberapa musim terakhir untuk membeli pemain, PSG tak mampu mencetak prestasi bagus di Liga Champions.

"Gagal maning, gagal maning," ungkapan inilah yang pantas disematkan kepada Liverpool. Musim lalu saja, PSG tak mampu melaju ke perempatfinal.

Langkah mereka terhenti di babak 16 besar. Kalah secara back to back dari Real Madrid.

Kini, PSG bertekad untuk memperbaiki rekor buruk itu. Bek PSG, Dani Alves, menilai sebenarnya hasil yang dialami timnya dalam beberapa musim terakhir di Liga Champions tidak layak.

"Apalagi, jika melihat bagaimana PSG berinvestasi terhadap pemain. Pulang sejak fase awal di kompetisi ini, tidak bagus. Ya, kondisi yang tak bagus untuk klub, saya, dan kami. Harus ada perubahan," tegas Alves dilansir Goal.

Bek PSG, Dani Alves berduel dengan penyerang Real Madrid, Cristiano Ronaldo

Tekad PSG untuk bisa memperbaiki rekor sudah diadang Liverpool. Bukan perkara mudah mengangkangi The Reds, apalagi di Anfield.

Dukungan suporter, pastinya akan membuat Liverpool semakin menggila. Situasi ini pun disadari oleh Alves.

"Kami harus hati-hati, karena lawannya klub yang besar. Kompetisi ini juga sangat berat. Tantangan dan fase grup, harus kami hadapi dengan cara berbeda," kata Alves.

Atmosfer Anfield, diakui Tuchel, bakal jadi lawan paling berat bagi PSG. Tuchel pernah bertandang ke Anfield saat menemani Dortmund berlaga melawan Liverpool di perempatfinal Liga Europa.

Kesan yang dirasakan Tuchel cuma satu, merinding. "Tak masuk akal. Emosi yang bercampur aduk, dan kekuatan kepercayaan terbukti di sana. Meski Dortmund bisa cetak gol, kami tak bisa mengalahkan mereka," kata Tuchel dikutip Liverpool Echo.

Comeback Inter

Selain partai panas Liverpool versus PSG, ada juga laga lain yang tak kalah menarik. Inter Milan versus Tottenham Hotspur, adalah partai menarik lainnya yang tersaji di matchday 1 Liga Champions.

Mengapa? Ini adalah kali pertama Inter tampil di Liga Champions, usai absen selama enam tahun lamanya.

Spurs bakal menjadi ujian pertama mereka. Dengan susunan skuat yang ada, Inter punya peluang bicara banyak di fase grup.

Tapi, Inter selalu kesulitan saat menghadapi Spurs. Dilihat dari rekor pertemuan, Inter selalu kebobolan saat jumpa Spurs di berbagai ajang.

Yang paling menarik adalah saat keduanya bertemu di fase grup Liga Champions musim 2010/11. Itu adalah kali terakhir keduanya berduel di Liga Champions.

Tottenham Hotspur Hancurkan Inter Milan

Dalam dua kesempatan, Spurs dan Inter saling mengalahkan. Namun, catatan paling menarik adalah, Spurs selalu mampu menjebol gawang Inter.

Pun ketika mereka berhadapan di babak 16 besar Liga Europa. Tren gawang Inter dibobol Spurs terlihat lagi. Berdasarkan catatan ini, sudah sepatutnya Inter waspada.

"Laga ini, begitu berarti dalam urusan antusiasme dan mencari keyakinan. Saya rasa, inilah pertandingan yang penting artinya bagi kami. Ini salah satu pertandingan dan kompetisi yang bisa mengubah segala macam kondisi di dalam tim," kata pelatih Inter, Luciano Spalletti, dilansir Football Italia.

Spalletti menyatakan anak-anak asuhnya harus bermain dengan bebas, tanpa tekanan. Pria berkepala plontos itu meminta agar Inter menganggap Liga Champions layaknya taman bermain.

"Kompetisi ini layaknya Disneyland dalam sepakbola. Dekorasi, warna. Saya sudah terlibat dalam kompetisi ini di beberapa kesempatan. Ada sesuatu yang membuat Anda terhibur, seperti musik di dalam ruang ganti," terang Spalletti.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya