Eksploitasi Bisnis Runtuhkan Kejayaan Timnas Brasil?

Fans Brasil menangis usai David Luiz Cs dihancurkan Jerman 1-7
Sumber :
  • http://www.whoateallthepies.tv
VIVA.co.id
Akhirnya Brasil Lolos ke Perempatfinal Olimpiade Rio 2016
- Pelatih timnas Brasil, Carlos Dunga, telah mengumumkan susunan pemain yang akan digunakannya untuk pertandingan Copa America. Isinya sedikit mengejutkan, karena dipilihnya sejumlah pemain dari Liga Sepakbola Amerika Serikat (MLS) dan China (CSL).

Brasil Akui Neymar Sedang Dalam Performa Buruk

Dilansir dari
Neymar Melempem, Publik Brasil Berpaling pada Marta
Mirror pada Jumat, 4 Februari 2016, tidak banyak pemain Brasil yang bermain di liga-liga elite Eropa mendapat tempat. Hanya ada empat pemain dari Premier League yang dipanggil Dunga: Philippe Coutinho (Liverpool), Fernandinho (Manchester City), serta Willian dan Oscar (Chelsea).

Dunga justru memilih beberapa pemain dari MLS dan CSL, seperti Renato Augusto dan Gil, dua dari empat pemain Corinthians yang baru dibeli oleh klub-klub Chinese Super League (CSL). Augusto bermain untuk Beijing Guoan dan Gil di Shandong Luneng Taishan.

Kemudian ada mantan bintang AC Milan, Kaka, yang telah berusia 33 tahun dan kini bermain di klub MLS, Orlando City. Januari lalu, terjadi kejutan, dengan kepindahan beberapa pemain Brasil ke China, termasuk Alex Teixeira yang sempat menjadi pemain incaran Liverpool.


Teixeira sebelumnya mengatakan ingin hengkang dari Shakhtar Donetsk, untuk bisa berlaga di Copa America bersama timnas Brasil, dengan cara bermain di liga-liga elite. Liga Ukraina tempatnya bermain, dinilai tidak cukup kompetitif untuk bisa dilirik masuk timnas Brasil.


Tapi, Teixeira akhirnya menerima pinangan dari klub China, setelah Liverpool gagal membelinya lantaran kendala harga. Tampak tidak mengherankan, setelah nama-nama yang dipanggil Dunga ke timnas Brasil dirilis ke publik. MLS dan CSL seolah masuk kriteria kompetitif bagi timnas Brasil.


Dikutip dari
Inside World Football
pada Jumat, 4 Februari 2016, masih segar dalam ingatan bagaimana Brasil dipermalukan Jerman, pada semifinal Piala Dunia 2014. Kekalahan adalah hal wajar dalam sepakbola, tapi hancur dengan skor 1-7  sangat tidak wajar bagi pemegang rekor 5 kali juara Piala Dunia.


Koresponden
O Estado de Sao Paolo
, Jamil Chade, mengisyaratkan bahwa Brasil hanya tinggal sejarah tentang tim sepakbola yang luar biasa. Sekarang, timnas Brasil hanyalah satu tim sepakbola komersil yang dikelola perusahaan swasta.


Timnas Brasil naik ke pentas global pada 1990an, setelah perusahaan raksasa Nike menjadikan mereka sebagai ikon. Tim impian Nike gagal pada Piala Dunia 1998, tapi bos Federasi Sepakbola Brasil (CBF), Ricardo Teixeira, mau tren komersial timnas Brasil terus berlanjut.


Mesin Uang



Dia mau Selecao tetap menjadi mesin pencetak uang, dan menjalin kemitraan dengan Kentaro. Perusahaan yang berbasis di Swiss itu berperan mengatur pusat pelatihan Brasil untuk Piala Dunia 2006 di desa Weggis. Suporter boleh melihat langsung latihan mereka dengan membayar USD100.


Kentaro juga mengirim timnas Brasil ke berbagai kota di dunia. 'Pernikahan'  bahagia CBF dan Kentaro tidak bertahan lama, karena Teixeira memutuskan berganti mitra. Pengusaha Spanyol, Sandro Rosell (mantan presiden Barcelona) mengenalkan Teixeira dengan ISE, anak perusahaan dari grup Dallah Al Baraka.


Dokumen kontrak antara CBF dan ISE bocor ke tangan surat kabar Brasil,
Folha de Sao Paulo
. Terungkap bahwa ISE membayar CBF sebesar USD805.000. ISE mendelegasikan tanggung jawab pelaksanaan kontrak pada Pitch International yang berbasis di Inggris.


Pitch International mengatur semua laga persahabatan untuk timnas Brasil, mulai dari produksi rekaman untuk jaringan Globo TV hingga perjanjian sponsor. Perusahaan itu tidak hanya punya hak, untuk menentukan lawan bagi timnas Brasil, dalam kontrak yang mengikat CBF hingga 2022.


Perusahaan yang bermarkas di Westwing Building, Grand Cayman, itu mewajibkan timnas Brasil selalu menurunkan susunan pemain terkuat. Standarnya bukan hanya kualitas, melainkan berdasarkan nilai jual atau popularitas.


CBF telah membantah laporan
O Estado de Sao Paulo
, menyebut laporan mereka tidak berdasar. CBF melalui pernyataan resmi, menyatakan tidak menjual timnas Brasil, dan seleksi para pemain di timnas selalu berdasarkan aspek teknis. Hanya pemain aktif terbaik yang dipilih.


Sepakbola memang telah menjadi bisnis menggiurkan. Namun, sangat disayangkan, jika keindahan gaya jogo bonito sepakbola Brasil, harus berubah menjadi sekadar sirkus, lantaran kepentingan bisnis. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya