Larangan Suporter Away di Liga Indonesia Dinilai Tunjukkan Bobroknya Manajemen PSSI

Ilustrasi suporter PSM Makassar
Sumber :
  • h mengalahkam Persija Jakarta 2-0 (agregat 2-1). ANTARA FOTO/Abriawan Abhe

VIVA Bola – Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, belum bisa memastikan sampai kapan larangan suporter menonton laga tandang berlaku. Ia mengatakan pencabutan aturan tersebut bergantung pada FIFA. 

Persib Bandung Jaga Kebugaran Jelang Tantang Bali United di Championship Series

Menurut dia, larangan suporter tamu diberlakukan sesuai dengan arahan FIFA terkait transformasi sepakbola Indonesia, salah satunya adalah pengelolaan suporter. Hal ini menuai kontroversi, salah satunya dari Paguyuban Suporter Timnas Indonesia (PSTI) yang menilai ini adalah cara instan dan upaya menutupi kebobrokan managemen supporter yang buruk yang dilakukan PSSI. 

Seperti  dikatakan Bendahara Umum PSTI, Brian Matthew. “Larangan supporter tandang sebagai solusi PSSI dan PT LIB untuk agar mendapatkan penilaian baik dari FIFA menurut saya sebagai supporter sepakbola sangatlah ngawur, menurut saya ini merupakan solusi instan yang digunakan oleh PSSI untuk memoles kebobrokan fan management PSSI sehingga terlihat cantik diluar, namun bagaimana dengan perbaikan dari dalam?," ujar Brian, Minggu 18 Juni 2023.

PSSI: Timnas Indonesia U-23 Vs Guinea Disiarkan di TV Nasional

Brian menambahkan, jika kebijakan dari PSSI yang dimandatkan untuk membuat kebijakan supporter untuk mendapatkan penilaian baik dari FIFA hanyalah short term solution, bagaimana dengan masa depan sepakbola kita ke depan. 

Suporter Timnas Indonesia

Photo :
  • Istimewa
Ditunjuk Jadi Pelatih PSIM Yogyakarta, Seto Nurdiantoro: Seperti Kembali ke Rumah

“Suporter butuh kepastian, sampai kapan ini dijalankan dan apa solusi selanjutnya, apakah kita mau hanya mendapatkan penilaian baik lalu selanjutnya terjadi lagi Kanjuruhan episode 2? Saya yakin kalian yang diberikan mandat pasti bisa lebih bijak dalam mencari solusi sebagai perwakilan yang mengurus sepakbola Indonesia kita tercinta ini,” tandas anak muda yang juga menjabat Warek II UTA’45 Jakarta.

“Kebijakan yang memperlihatkan betapa buruknya fans communication dan community management dari PSSI ini menjadi pertanyaan bagi saya sebagai seorang supporter, dengan kebijakan seperti ini, apakah sudah dikonsultasikan dengan supporter sebagai stakeholder? Dengan banyaknya suara dari supporter-supporter klub yang mengecam kebijakan ini, apakah sudah maksimal peran dari Presidium Supporter Sepakbola Indonesia yang kalian bentuk jika tidak menggambarkan aspirasi dari para supporter? Ataukah memang hanya sekedar asal-asalan dibuat?,” ujar Brian.

Brian mendesak PSSI untuk tidak menjauhkan sepakbola yang merupakan olahraga rakyat dari rakyatnya, karena sepakbola adalah milik semua orang. Jika supporter diberikan edukasi maka sepakbola Indonesia akan menjadi daya tarik yang sangat diminati oleh pelaksana dan promotor pagelaran sepakbola secara global.

“Sama seperti bagaimana orang tua mendidik seorang anak, didiklah bukan dibuang, karena supporter juga merupakan elemen penting dari sepakbola itu sendiri. Jangan jauhkan pemain ke 12 dari lapangan, tapi tegakkan aturan secara tegas dan sosialisasikan agar keseluruhan pertandingan dapat berjalan sebagaimana seharusnya. Rangkulah kami, bukan dijauhkan atau bahkan dibuang, karena sepakbola adalah milik semua orang. Salam olahraga,” tutup Brian.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya