Newcastle Meratapi Nasib Gagal Jadi Klub Maha Sultan

Fans Newcastle United
Sumber :
  • skysports

VIVA – Newcastle United gagal jadi klub kaya Inggris menyusul batalnya konsorsium Arab Saudi mengakuisisi klub dengan julukan The Magpies ini. Kekecewaan hadir khususnya untuk manager Newcastle, Lee Charnley. 

Prediksi Pertandingan Premier League: West Ham United vs Liverpool

Charnley mengakui adanya pembatalan akuisisi dari perusahaan yang dipimpin oleh Pangeran Mohammed bin Salman. Kekecewaan dirasa, tapi Newcastle harus tetap menatap masa depannya. 

Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, memimpin sejumlah negosiasi dengan sesama produsen minyak dunia untuk mengurangi produksi.

5 Fakta Mengerikan Jelang Duel Brighton vs Manchester City di Premier League

Dia memikirkan masa depan klub dan saat ini ingin fokus untuk melanjutkan musim depan dengan maksimal. Perihal status klub, Charnley menyebut bahwa pemilik klub masih membuka peluang untuk pihak manapun yang berkeinginan mengakuisisi Newcastle.

Baca juga: Buruan Liverpool dan MU Lebih Pilih Napoli

5 Fakta Menarik Arsenal Usai Pesta Gol ke Gawang Chelsea di Premier League

"Kami membenarkan pernyataan yang hadir beberapa waktu lalu, tidak ada yang menyatakan tidak dan Mike Ashley (Pemilik Newcastle) sudah melakukan komitmen perihal itu," kata Charnley, seperti dilansir BBC. 

"Bagaimanapun kami akan terus fokus untuk membantu manajer, Steve Bruce di bursa transfer dan bersiap untuk musim baru," lanjut dia. 
Para pemain Newcastle United berlari di depan bendera

Kabar pembatalan ini tentu saja mengagetkan. Sebelumnya, kedua pihak dikabarkan sepakat untuk bekerja sama dimana pangeran Arab Saudi, Mohamed Bin Salman mengambil alih The Magpies senilai 300 juta poundsterling. 

Bahkan proses ini hampir dipastikan terealisasi karena sudah ada Downpayment kepada pemilik klub, Mike Ashley. Tapi kendala datang. 

Kerjasama ini mendapat penolakan dari beberapa pihak, yang paling kencang dari Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yang menemukan bukti baru dalam keterlibatan Kerajaan Arab Saudi terkait pembajakan siaran Premier League dan LaLiga. Bukti-bukti itu didapatkan WTO usai menggelar investigasi independen terkait adanya dugaan keterlibatan Kerajaan Arab Saudi dalam pembajakan siaran dua kompetisi terbaik di Eropa itu.

WTO menilai Arab Saudi punya peran langsung dalam aksi pembajakan yang dilakukan oleh perusahaan media beoutQ. Dari aksi pembajakan yang dilakukan oleh beoutQ, disebutkan WTO, kerugian besar dialami oleh FIFA, UEFA, dan FA.

Selain itu, ada juga dari Amnesti Internasional, yang menyebut adanya pelanggaran HAM di Arab Saudi yang bisa membuat citra Premier League tercoreng. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya