Temuan Hoax dan Disinformasi oleh Kominfo Didominasi Aksi 22 Mei

Kerusuhan dan aksi bakar ban pecah di Slipi Jakarta, Kamis 22 Mei 2019.
Sumber :
  • VIVA/Ridho Permana

VIVA – Kementerian Komunikasi dan Informatika merilis pendeteksi isu hoax dan disinformasi yang ditemukan pada tanggal 22 Mei hingga 24 Mei 2019. Ditemukan total 30 berita dalam periode waktu itu.

Kominfo Ancam Blokir 6 Platform Online Travel Agent yang Belum Daftar Sebagai PSE

Sebagian besar yang ditemukan merupakan hoax dan disinformasi yang berkaitan dengan aksi kericuhan pada tanggal 21 dan 22 Mei 2019 kemarin. Berikut ini temuan Kominfo dilansir dari laman resminya, Minggu, 26 Mei 2019.

1. Pengumuman KPU Senyap-senyap

Anggota BPK Achsanul Qosasi Didakwa Terima Uang Korupsi Proyek BTS Rp 40 Miliar

Beredar informasi Komisi Pemilihan Umum mengadakan pengumuman hasil pemilu pada tanggal 21 Mei 2019 tengah malam bersifat senyap-senyap. Namun hal tersebut dibantah oleh KPU.

Komisioner KPU RI, Ilham Saputra mengatakan bahwa tidak ada yang janggal dan ketentuan dalam aturan mengumumkan paling lambat 35 hari. Jika dilihat periode 35 hari akan jatuh pada 22 Mei, Ilham mengatakan dikarenakan hasil rekapitulasi provinsi dan luar negeri sudah selesai maka KPU memutuskan untuk mengumumkan lebih cepat.

Isu Kandungan Bromat di Le Minerale Dicap Kominfo Hoax, Manajemen Kasih Penjelasan

2. Personil Brimob Menyamar Gunakan Pakaian TNI AL

Menyusul kabar akan ada aksi 22 Mei, di sejumlah platform beredar informasi seorang anggota Brimob yang dikatakan menyamar dengan menggunakan pakaian TNI AL. Kabar itu disatukan dengan foto yang menunjukkan kaos kaki khas Brimob serta pakaian TNI.

Ternyata dilihat dari foto, memang anggota pasukan Marinir TNI AL. Ini ditandai dengan warna baret yang digunakan sesuai peruntukannya yaitu berwarna ungu.

3. Polisi Tembaki Demonstran di dalam Masjid

Video beredar di media sosial merekam kejadian di dalam masjid. Narasi yang dituliskan adalah polisi menyerang demonstran di mesjid daerah Tanah Abang itu dengan cara menembakinya. Namun ternyata suara tembakan berasal dari luar masjid yang merupakan suara kerusuhan. Saat itu, memang ada ledakan bom molotov dan tembakan gas air mata.

4. Ada Penembakan dengan Peluru Tajam di Jalan Sabang

Postingan di media sosial menunjukkan video sejumlah selongsong peluru senjata api. Peluru itu dikatakan digunakan polisi untuk menembak demonstran di depan Kantor Bawaslu, serta korban yang ditembak Ustaz Mancung dari Sawangan tidak tertembus peluru itu.

Pihak Polri membantah kabar tersebut dan mengatakan pengamanan hanya menggunakan tameng dan gas air mata. Petugas juga dilarang membawa senjata api dan peluru tajam.

5. Pernyataan Wiranto Soal Demonstran Menjadi Bahan Berburu Menembak TNI-Polri

Sebuah postingan di Facebook menunjukkan tulisan 'Tanggal 22 Mei Pendukung 02 Kepung KPU, Wiranto: Biarkan Saja, Untuk Bahan Berburu Menembak TNI-Polro'. Unggahan itu juga ditambah foto korban aksi unjuk rasa Rabu kemarin. Namun tidak ditemukan pernyataan Wiranto itu.

6. Polisi Impor dari China

Unggahan bernarasi adanya sejumlah anggota polisi yang berasal dari China. Postingan itu ditambahkan dengan foto yang memperlihatkan foto petugas yang menggunakan penutup wajah dan memperlihatkan mata sipit.

Postingan itu dibantah oleh Kepala divisi Humas Polri, Muhammad Iqbal. Dari penelusuran juga ditemukan bahwa kerabat salah satu petugas dan mengonfirmasi bahwa dia adalah warga negara Indonesia.

7. Gangster Berada di Samarinda dan Membunuh 60 orang

Beredar dalam sejumlah platform media sosial pesan berantai berisi adanya kelompok gangster di Samarinda. Kabar ini terkait aksi 22 Mei lalu, dan dalam unggahan mengatakan, rombongan itu telah membunuh 60 orang. Pihak Polresta Samarinda dalam akun Twitter resminya membantah isi pesan itu.

8. Prabowo Kabur ke Luar Negeri

Terkait kasus hukum dan potensi kerusuhan tangggal 22 Mei, Prabowo Subianto dikabarkan kabur ke luar negeri bersama sejumlah rekannya. Isu ini berkembang di media sosial jelang aksi hari Rabu lalu.

Namun pihak BPN membantah Prabowo kabur. Mereka mengatakan dia pergi untuk betemu Sultan Brunei Hassanal Bolkiah di Brunei Darusallam. Kepergiannya juga hanya satu hari sejak 16 Mei, bukan 22 Mei seperti kabar yang beredar.

9. Pengumuman KPU Sebelum Tanggal 22 Mei Tidak Sah

Setelah pengumuman hasil pemilu, unggahan gambar di sejumlah platform dengan caption menyebutkan pengumuman KPU itu tidak sah. Karena dilakukan sebelum waktu penetapan seharusnya tanggal 22 Mei 2019.

Ternyata menurut UU No.7 Tahun 2017 tentang Pemilu, ada batasan pengumuman hasil pemilu oleh penyelenggara pemilu. Pasal 413 ayat (1) berbunyi: "KPU menetapkan hasil Pemilu secara nasional dan hasil perolehan suara Pasangan Calon, perolehan suara partai politik untuk calon anggota DPR, dan perolehan suara untuk calon anggota DPD paling lambat 35 (tiga puluh lima) hari setelah hari pemungutan suara".

Mengacu aturan itu, pengumuman 21 Mei 2019 tengah malam tidak menyalahi aturan karena masih dalam masa 35 hari sejak pemilu dilakukan 17 April 2019 lalu.

10. Rakyat Berdatangan Tuntut Keadilan KPU

Sejumlah postingan di Facebook menyebutkan adanya kedatangan rakyat dari berbagai provinsi untuk menuntut keadilan. Unggahan itu juga mengingatkan KPU untuk tak curang.

Postingan itu diunggah bersamaan dengan sejumlah foto massa memadati ruas jalan dan menggunakan pakaian putih. Namun setelah ditelusuri, itu merupakan foto kampanye akbar salah satu Capres di Stadion Utama Gelora Bung Karno, terlihat adanya bendera partai pada gambar.

11. WhatsApp Diblokir Saat 22 Mei 2019

Saat aksi 22 Mei 2019, dikabarkan WhatsApp diblokir dan isu ini berkembang luas di media sosial. Isu ini juga ditunjukkan dengan provokatif dan fitnah.

Bukan diblokir, namun pemerintah memutuskan WhatsApp serta media sosial Instagram, Facebook dan Twitter dibatasi aksesnya. Upaya ini untuk mengurangi dan mencegah penyebaran berita provokatif berbentuk video dan foto terkait aksi 22 Mei di media sosial.

12. FPI Petamburan Diserang

Dalam unggahan di media sosial tersiar kantor FPI di Petamburan Jakarta Barat diserang dengan membabi buta dengan gas air mata, peluru karet dan peluru asli. Kejadian itu dikabarkan terjadi pada pukul 21.00 tanggal 22 Mei 2019 kemarin.

Ternyata video yang beredar bukan serangan pada kantor FPI, namun kericuhan yang terjadi saat tanggal 22 Mei 2019. Belum ditemukan pula informasi kredibel tentang penyerangan pada kantor FPI di Petamburan.

13. Nama Korban Aksi 21-22 Mei

Sebuah pesan berantai memuat daftar 16 nama demonstran yang meninggal dalam aksi 21-22 Mei lalu. Pesan diakhir dengan nama Tim Monitoring Lapangan, Syamsul Bachri A dan mengatasnamakan data itu milik dirinya.

Karo Penmas Divisi Humas Polri, Dedi Prasetyo membantah kabar itu. Dalam jumpa pers 22 Mei 2019, Kapolri Tito Karnavian menyebutkan korban meninggal saat itu enam orang. Tambahan korban meninggal menjadi delapan orang dengan korban luka menjadi 730 korban pada tanggal 23 Mei 2019.

14. Korban Luka Aksi 22 Mei Bayar Biaya Pengobatan Sendiri

Di Facebook, tersiar unggahan berisi biaya perawatan korban luka aksi demo 22 Mei menanggung biaya pengobatan secara sendiri di rumah sakit. Namun Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Widyatuti mengatakan bahwa biaya pengobatan ditanggung BPJS dan Dinas Kesehatan.

15. Penembak Anggota FPI Bernama Vendy Pano

Saat aksi kerusuhan 22 Mei, tangkapan layar broadcast dari WhatsApp menunjukkan ada anggota polisi yang diduga menembah anggota FPI. Terdapat foto polisi yang dicurigai itu bernama Vendy Pano. Akun Instagram Penerangan Komando Pasukan Khusus atau Penkopassus mengatakan bahwa screenshot itu adalah berita bohong.

16. Habib Sholeh Rotan Siap Pimpin Gerakan People Power

Foto Habib Rotan atau Habib Sholeh bin Abu Bakar Alaydrus Palu beredar di media sosial. Gambar itu ditambahkan caption bahwa dia telah di Jakarta dan siap memimpin aksi people power.

Humas Majelis Dzikir Nuurul Khairaat Palu, Adhy Roba membantah kabar itu. Dia mengonfirmasi Habib Rotan di Jakarta tapi bukan untuk aksi people power, melainkan ke Bandung untuk bertemu jamaah Majelis Dzikir Nuurul Khairaat Cabang Bandung.

17. Penculikan Massal oleh Tentara China

Broadcast message di WhatsApp mengabarkan adanya penculikan oleh tentara China. Mereka juga diisukan telah bersiap di tempat khusus dengan senjata lengkap.

Kadiv Humas Polri RI, M. Iqbal membantah adanya pasukan bermata sipit dari China saat jumpa pers di kantor Kemenkopolhukam 22 Mei lalu. Berita bohong masuknya tentara China sebanyak 500 ribu ke Indonesia juga sudah pernah terjadi pada 19 Desember 2018 di platform Facebook.

18. Brimob Gunakan Bahasa China

Sebuah video yang berasal dari siaran TV One disebarkan melalui Facebook dan dikatakan bahwa adanya penggunaan bahasa China oleh Brimob. Unggahan ini juga membenarkan kabar masuknya tentara China ke Indonesia.

Setelah ditelusuri, hasil video itu berasal dari ponsel dan direkam menggunakan ponsel lain. Ini membuat kualitas dan kejernihan suara menjadi rendah. Bahasa China yang dimaksud juga merupakan bahasa Madura dan bukan dari pasukan Brimob, namun dari warga sekitar.

19. Korban Tewas dengan Peluru Tajam Bukan Tanggung Jawab Polisi

Terdapat unggahan dari situs aktualnews, yaitu beralamat di aktuall.blogspot.com berjudul 'Banyak Korban Tewas karena Peluru Tajam, Kapolri: Itu Bukan Tanggung Jawab Kami'.

Ternyata judul itu menyalin isi berita VIVA yang berjudul 'Korban Tewas karena Peluru Tajam, Tito: Tujuannya Menyalahi Aparat'. Berita aslinya berisi permintaan Kapolri Tito Karnavian untuk tidak menuduh atas meninggalnya enam korban tewas pasca aksi rusuh pertengahan minggu lalu.

20. Oknum Bais TNI Provokasi Massa Aksi 22 Mei

Sebuah video viral memperlihatkan seorang pria memprovokasi massa di dalam mesjid. Video itu diberi caption, 'Oknum Bais TNI Provokasi Massa di Aksi 22 Mei dan Menyudutkan Polri'.

Pihak TNI membantah kabar itu. Kapuspen TNI Sisriadi mengatakan personel berpakaian loreng adalah anggota Yonif 315 yang ditugaskan di Petamburan oleh BKO Kodam Jaya. Personel itu dikatakan sedang melakukan pendekatan pada tokoh agama untuk menenangkan massa.  

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya