Era Tanda Tangan Digital, Ilmu 'Membaca' Tulisan Musnah?

Chief Executive Officer PrivyID, Marshall Pribadi.
Sumber :
  • Dok. PrivyID

VIVA – Mengetahui kepribadian seseorang, salah satunya, bisa dilihat dari tanda tangan. Ilmu ini dinamakan Grafologi. Tidak hanya menilai kepribadian saja, melainkan banyak hal terkait karakter, kemampuan, dan kejujuran.

Kiat Bikin Tanda Tangan Digital di Gmail

Grafologi merupakan bagian dari ilmu psikologi yang mempercayai bahwa gerakan otot yang dilakukan seseorang saat menulis merupakan representasi dari pola sistem syaraf Ideo Motor Responses (IMR), yaitu otot-otot yang bekerja saat menulis bergerak tanpa disadari sebagai reaksi atas stimulasi alam bawah sadar.

Psikotes Grafologi

Perhutani Gandeng BSSN Terapkan Tanda Tangan Digital atau Sertifikat Elektronik

Meski begitu, Grafologi dinilai Chief Executive Officer PrivyID, Marshall Pribadi, memiliki kelemahan. "Tingkat akurasinya belum 100 persen. Karena hanya mampu 'membaca' di kertas, di oret-oretan," kata dia kepada VIVA, akhir pekan lalu.

Marshall melanjutkan, karena cuma bisa membaca di atas kertas, maka tanda tangan yang dilakukan di media elektronik seperti smartphone dan sejenisnya yang memakai pensil elektrik, praktis tidak bisa dilakukan.

Beri Keamanan Digital Saat Tagih Invoice, UMKM Bisa Manfaatkan Peruri Shield

"Itu kelemahannya. Lagipula, oret-oretan di media elektronik, kan, juga dengan mudah di-copy lalu di-crop. Ketika perusahaan ramai-ramai tinggalkan kertas menuju digitalisasi atau paperless, ya, lama-kelamaan ilmu ini tidak dibutuhkan lagi," tuturnya.

Marshall menambahkan, semakin berkembangnya teknologi maka semakin banyak pula orang yang beralih menggunakan tanda tangan digital, khususnya untuk melengkapi dokumen.

Ilustrasi startup.

Ia menyebut spektrum pembuktiannya sangat kuat dan sama mengikatnya dengan tanda tangan basah di hadapan pengadilan. "Orang yang menggunakan tanda tangan digital memiliki karakteristik yang praktis, efisien, juga sangat peduli terhadap kelestarian lingkungan," ungkap alumnus Fakultas Hukum Universitas Indonesia, tersebut.

Marshall bersama beberapa rekannya mendirikan perusahaan rintisan atau startup bernama PT Privy Identitas Digital atau PrivyID pada 2016.

Rawannya aksi kejahatan kerah putih dengan cara memalsukan tanda tangan, serta rumitnya mengurus ratusan hingga ribuan dokumen, adalah alasan ia mendirikan startup yang mendapat pendanaan dari anak usaha Bank Mandiri dan Telkom pada tahun lalu tersebut.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya