Wujud Perang Masa Depan, Robot Bersekutu dengan Tentara Super

Tentara masa depan
Sumber :
  • Instagram/@scifi.bartener

VIVA – Sistem perang di masa depan mungkin akan mengalami perubahan. Menurut laporan Departemen Pertahanan Inggris terbaru, perang masa depan akan melibatkan tentara robot dan tentara manusia super yang ditingkatkan melalui gen serta penggunaan obat tertentu. Ruang perang di masa depan tak lagi pada dunia nyata tapi juga dunia maya. 

Lama Tak Terdengar, Pesulap Rhomeal Aquino Kini Hadirkan 3D Robotic Videotron Pertama di Indonesia

Dikutip dari laman Independent, Selasa 16 Oktober 2018, dalam analisis yang dikembangkan bersama para ahli dari seluruh dunia, dokumen berjudul The Future Starts Today mengingatkan kemajuan teknologi dapat meningkatkan risiko senjata nuklir dan kimia.

"Laporan ini memperjelas bahwa kita hidup di dunia yang menjadi lebih berbahaya, dengan tantangan yang semakin besar dari agresor negara yang melanggar aturan. Termasuk teroris yang ingin merusak cara hidup kita dan menjadikan teknologi sebagai musuh," ujar Sekretaris Departemen Pertahanan Inggris, Gavin Williamson.

Mengenal Lebih Jauh Tentang Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI)

Laporan tersebut yang diterbitkan pada Global Strategic Trends, dijelaskan, meskipun manusia akan menjadi pusat pengambil keputusan, konflik meningkat oleh robot atau sistem otonom dapat mengubah sifat peperangan. Sebab, konflik dengan mesin robot akan melibatkan sedikit penekanan pada emosi, gairah, dan peluang.

Laporan The Future Starts Today memeriksa kemungkinan peningkatan tentara manusia, termasuk dalam penyuntikan gen, prostesis fisik dan kognitif, serta peningkatan farmasi. Perkembangan ini selama 30 tahun ke depan akan menawarkan perluasan mendalam dari batas-batas kinerja manusia.

Manusia Tidak akan Merasa Sakit Lagi di Masa Depan

Penerapan teknologi serta integrasi manusia dan mesin di medan perang menghadirkan peluang untuk meningkatkan kemampuan militer. Kemauan untuk mengadopsi teknologi ini dapat memberikan keunggulan kompetitif dari musuh, namun batas moral, etika dan hukum perlu ditentukan.

Laporan tersebut juga mengatakan, pendekatan hibrida bisa melampaui serangan militer atau ekonomi dan membuka arena konflik baru, termasuk di ruang angkasa, dunia maya, sampai perang di lautan.

Pada September lalu, Amerika Serikat dan Rusia termasuk di antara segelintir negara yang memblokir pembicaraan yang mencegah pengembangan robot pembunuh, senjata otonom yang dapat bertindak tanpa pengawasan manusia.

Para ahli dan pejabat militer berdalih, senjata semacam itu akan menjadi lumrah dalam beberapa tahun ke depan, tetapi mereka telah menghadapi penolakan dari para juru kampanye yang menganggap cara ini tidak bermoral.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya