Hacker yang Bobol Microsoft Ternyata Masih Remaja

Hacker / serangan siber.
Sumber :
  • Homeland Security Today

VIVA – Pemimpin komunitas hacker atau peretasan, Lapsus$, yang telah membobol Microsoft serta perusahaan teknologi global lainnya, seperti Okta dan Nvidia, adalah seorang remaja berusia 16 tahun dengan kondisi autisme.

Menkominfo Pastikan Bos Microsoft Bertemu Jokowi pada 30 April

Hal itu terkonfirmasi oleh Kepolisian di London, Inggris yang mengaku telah menangkap beberapa remaja dengan rentang usia 16 hingga 21 tahun terkait dengan pembobolan data yang dialami oleh para raksasa perusahaan teknologi tersebut.

Pemimpin Lapsus$ itu dikenal dengan nama samaran "White" dan "Breachbase" dan masih tinggal bersama dengan orangtuanya di kawasan Oxford.

Setelah Apple, Menkominfo Janji Boyong Bos Microsoft dan Nvidia ke Indonesia

Dalam laporan yang dikutip dari BBC, Sabtu, 26 Maret 2022, peneliti teknologi menyebutkan aksi Lapsus$ dalam membobol data korbannya terbilang sangatlah cepat dan ahli dalam hal meretas sehingga awalnya peretasan itu dinilai para peneliti merupakan kesalahan otomatis dari sistem.

Setelah melancarkan aksi mencuri data internal perusahaan-perusahaan teknologi, Lapsus$ secara terang-terangan mengungkap aksinya dan memeras perusahaan tersebut dengan hasil curiannya itu.

WNA Asal Rusia Kongkalikong dengan Hacker Meksiko Bobol ATM di Palembang

Microsoft menjadi salah satu korban dari pencurian data oleh Lapsus$ tidak diam dan mengumumkan bahwa pihaknya telah diperas oleh kelompok hacker Lapsus$ yang disebut sebagai DEV-0537. “Tidak seperti kebanyakan kelompok hacker yang berada di bawah radar, DEV-0537 tampaknya tidak menutupi jejaknya,” kata Microsoft dalam unggahan blog-nya.

Lebih lanjut Microsoft menjelaskan motif peretasan yang dilakukan Lapsus$. "Mereka (Lapsus$) mengumumkan serangan mereka di media sosial atau mengiklankan niat mereka untuk membeli kredensial dari karyawan organisasi target," jelas Microsoft.

Hacker DEV-0537 mulai menargetkan organisasi di Inggris dan Amerika Selatan tetapi diperluas ke target global, termasuk organisasi di sektor pemerintahan, teknologi, telekomunikasi, media, ritel, dan perawatan kesehatan.

Dengan cara kerjanya tersebut, ternyata akhirnya peneliti serta pihak kepolisian dapat melacak "White" yang merupakan anak berusia 16 tahun dan dapat dipastikan ia masih tinggal bersama orangtuanya di sebuah rumah sederhana.

Sementara itu, ayah dari anak yang diduga "White" itu mengaku tidak tahu bahwa anaknya selama ini merupakan peretas global dan mengira anaknya hanya senang bermain game di personal computer (PC).

Keluarganya sering mencoba untuk menjauhkan anaknya dari kecanduan pada komputer. Kepolisian London juga telah mengamankan anak-anak remaja yang diduga merupakan bagian dari komunitas hacker Lapsus$.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya