Ada Seribu Bintang Ditemukan Sekarat

Ledakan Supernova.
Sumber :
  • space.com

VIVA Tekno – Para astronom dari California Institute of Technology (Caltech) telah menggunakan algoritma mesin untuk mengklasifikasikan 1.000 supernova yang disebabkan oleh ledakan bintang sekarat.

Algoritme tersebut bernama SNIascore katalog data yang dikumpulkan oleh Zwicky Transient Facility (ZTF) ialah instrumen survei langit yang terpasang pada Teleskop Samuel Oschin yang terletak di Caltech's Palomar Observatory.

Memindai langit malam untuk peristiwa singkat atau sementara dapat mencakup segala sesuatu mulai dari asteroid yang berpacu hingga memberi makan lubang hitam dan supernova. ZTF sendiri menghasilkan data dalam jumlah besar setiap malam.

Menurut laman Space, Rabu, 14 Desember 2022, anggota tim ZTF tidak mungkin menyaringnya sendiri yang kemudian mengarah pada pengembangan SNIascore untuk membantu tugas yang monumental ini.

"Kami membutuhkan uluran tangan dan kami tahu bahwa begitu kami melatih komputer kami untuk pekerjaan itu, mereka akan mengambil beban besar dari punggung kami," kata staf astronot Christoffer Fremling.

Sejak pengamatan pertama ZTF pada 2017, survei tersebut telah mengidentifikasi ribuan supernova yang dapat diselami menjadi 2 kelas besar, Supernova tipe I yang kekurangan tanda-tanda hidrogen dan supernova Tipe II yang kaya akan hidrogen.

Ledakan supernova dari bintang raksasa.

Photo :
  • Space.com

Bentuk supernova Tipe 1 yang paling umum terjadi ketika sebuah bintang masif melepaskan materi dari bintang donor tetangganya, yang jatuh ke permukaan dan memicu ledakan termonuklir.

Bekap Empoli, Inter Milan Makin Dekat dengan Bintang Kedua

Sementara Supernova tipe II terjadi ketika bintang masif kehabisan bahan bakar yang dibutuhkan untuk fusi nuklir dan tidak dapat lagi menopang dirinya sendiri melawan keruntuhan gravitasi.

SNIascore mengklasifikasikan jenis ledakan kosmik Tipe 1 tertentu dengan asal berbeda yang disebut supernova. Tipe 1a terjadi ketika bintang yang sekarat meledak dan menghasilkan keluaran cahaya yang begitu seragam sehingga para astronom menyebutnya 'lilin standard’.

Warga Bireuen Pasang Bendera Bulan Bintang di Kantor Polsek Samalanga Aceh

Lilin standard ini dapat digunakan untuk mengukur jarak kosmik melintasi kosmos serta berguna untuk mengukur laju perluasan alam semesta.

Setiap malam setelah ZTF selesai mencari langit untuk peristiwa dan objek sementara, data yang dikumpulkannya dikirim ke kubah yang terletak hanya beberapa ratus meter untuk menyimpan instrumen yang disebut Mesin Distribusi Energi Spektral (SEDM).

Arsenal Rebut Target Utama, Siap Dominasi Lini Tengah

SNIascore kemudian bekerja dengan SEDM untuk mengklasifikasikan supernova yang diamati sesuai dengan kelas Tipe 1a.

Kumpulan data supernova yang andal dapat digunakan para astronom untuk menyelidiki fisika dari ledakan bintang yang kuat ini secara lebih mendetail.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya