Instagram, TikTok, YouTube Raup Cuan Kakap dari Pengguna di Bawah Umur

Ilustrasi media sosial.
Sumber :
  • Pixabay

Jakarta – Raksasa media sosial seperti Instagram, X (sebelumnya Twitter), dan Snapchat secara kolektif memperoleh hampir US$11 miliar atau setara Rp170,8 triliun pendapatan iklan pada 2022 dari pengguna yang berusia di bawah 18 tahun.

Video Anak Kecil Mengendarai Sepeda Motor, Ada Risiko Hukumnya

Dilansir VIVA Tekno dari Bussines Standart, Jumat, 5 Januari 2023, para peneliti mengatakan bahwa sekitar 30-40 persen dari pendapatan iklan yang dihasilkan oleh Snapchat, TikTok, dan YouTube berasal dari anak muda.

Akibat Rem Mendadak, Pengendara Motor Tabrak Pikap hingga Terjungkal

ilustrasi macam-macam media sosial yang digunakan untuk berkomunikasi.

Photo :
  • Dok. Istimewa

Mereka menemukan bahwa di antara pengguna berusia 12 tahun ke bawah, YouTube memperoleh pendapatan iklan terbesar sekitar US$1 miliar pada 2022, sedangkan di antara pengguna berusia 13-17 tahun, Instagram memperoleh pendapatan tertinggi sekitar US$4 miliar.

Viral di Media Sosial Tawuran Brutal Antar Pelajar, 3 Pelaku Terancam Hukuman Penjara 10 Tahun

Tim yang dipimpin oleh Harvard T.H. Chan School of Public Health, Harvard University, juga menemukan bahwa dari pengguna berusia 13-17 tahun, TikTok memperoleh US$2 miliar dan YouTube US$1,2 miliar pada 2022.

Hal ini menunjukkan bahwa platform ini memiliki "insentif finansial yang luar biasa" untuk terus menunda langkah-langkah yang berarti untuk melindungi anak-anak dari bahaya penggunaan media sosial.

Para peneliti mengatakan bahwa meskipun raksasa media sosial ini mungkin mengklaim dapat mengatur sendiri praktik mereka dalam mengurangi bahaya bagi anak muda, mereka belum melakukannya. Mereka telah mempublikasikan temuan mereka dalam jurnal PLoS ONE.

"Temuan kami bahwa platform media sosial menghasilkan pendapatan iklan yang substansial dari kaum muda menyoroti perlunya transparansi data yang lebih besar serta intervensi kesehatan masyarakat dan peraturan pemerintah," ujar penulis utama Amanda Raffoul, instruktur pediatri di Harvard Medical School.

Untuk penelitian ini, para peneliti menggunakan data survei publik dan riset pasar dari tahun 2021 dan 2022 untuk memperkirakan jumlah pengguna muda yang menggunakan Facebook, Instagram, Snapchat, TikTok, X, dan YouTube, serta pendapatan iklan yang diperoleh dari platform-platform ini.

Tim peneliti juga menggunakan data populasi dari Sensus AS, bersama dengan riset pasar dan data aplikasi pengawasan orang tua, untuk memperkirakan jumlah anak muda yang menggunakan platform-platform tersebut dan rata-rata menit per hari yang dihabiskan untuk menggunakan platform-platform tersebut.

Ilustrasi media sosial.

Photo :
  • Pixabay

Dari semua data ini, para peneliti membangun model simulasi untuk menghitung pendapatan iklan yang diperoleh platform-platform ini dari anak muda.

Mereka menemukan bahwa semua platform media sosial ini secara kolektif menghasilkan hampir USD 11 miliar dalam pendapatan iklan dari para pengguna ini, USD 2,1 miliar dari pengguna berusia 12 tahun ke bawah, dan USD 8,6 miliar dari pengguna berusia 13-17 tahun.

Tim juga menemukan bahwa pada tahun 2022, YouTube memiliki hampir 50 juta pengguna yang berbasis di Amerika Serikat yang berusia di bawah 18 tahun, sementara TikTok memiliki sekitar 19 juta, Snapchat 18 juta, Instagram 16,7 juta, Facebook sekitar 10 juta, dan X 7 juta.

"Seiring dengan meningkatnya kekhawatiran tentang kesehatan mental anak muda, semakin banyak pembuat kebijakan yang mencoba memperkenalkan undang-undang untuk membatasi praktik platform media sosial yang dapat menyebabkan depresi, kecemasan, dan gangguan makan pada anak muda," ujar Bryn Austin, profesor di Departemen Ilmu Sosial dan Perilaku di Universitas Harvard.

Para peneliti mengatakan bahwa karena platform media sosial tidak mengungkapkan data usia pengguna atau data pendapatan iklan berdasarkan kelompok usia, mereka harus mengandalkan estimasi dan proyeksi dari survei publik dan sumber-sumber riset pasar, yang menurut mereka merupakan salah satu keterbatasan studi mereka.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya