Indonesia Peringkat 6 sebagai Negara yang Dibuntuti

Ilustrasi hacker cantik.
Sumber :
  • Dreams Time

VIVA Tekno – Indonesia berada di peringkat keenam negara yang terkena dampak stalkerwaresoftware atau perangkat lunak pengawasan rahasia yang digunakan pelaku kekerasan dalam rumah tangga untuk memantau korban.

Apple Bagi-bagi Undangan

Hal ini berdasarkan Laporan terbaru Kaspersky State of Stalkerware 2023. Stalkerware, atau biasa disebut penguntitan digital, menyamar sebagai aplikasi anti-pencurian atau kontrol orangtua (parental control) yang sah di smartphone atau ponsel pintar, tablet, maupun komputer.

Setelah dipasang tanpa persetujuan dan pemberitahuan korban – perangkat lunak tersebut akan memberikan pelaku sarana untuk mendapatkan kendali atas kehidupan korban.

Tablet Samsung yang Baru bikin Penasaran

Kemampuan Stalkerware bervariasi tergantung pada aplikasi. Sementara itu, tiga negara paling banyak terkena dampak stalkerware di 2023.

Ketiganya secara berturut-turut adalah Rusia (9.890 pengguna), Brasil (4.186), dan India (2.492). Dilanjutkan oleh Iran (1,578), Turki (1,063), serta Indonesia (871 pengguna).

Akan Ada 2 HP Baru yang Meluncur Abis Lebaran

Pada 2023, Kaspersky mengungkapkan sebanyak 31.031 pengguna di seluruh dunia terkena dampak stalkerware, mengalami peningkatan sebesar 5,8 persen tahun-ke-tahun (yoy) dari 29.312 pengguna yang terkena dampak serupa di 2022.

"Temuan ini menyoroti keseimbangan antara kedekatan sebuah hubungan dan perlindungan informasi pribadi. Sebaiknya kita meningkatkan kehati-hatian, terutama terkait data sensitif seperti kata sandi perangkat keamanan," kata Pakar Keamanan Siber dan Data pribadi Kaspersky, David Emm.

Menurutnya, ketidakinginan untuk membagikan akses penting tersebut sejalan dengan prinsip keamanan siber. Kesediaan untuk membagikan kata sandi dan foto layanan streaming menandakan adanya perubahan budaya, meskipun individu harus menyadari potensi risiko bahkan dalam berbagi informasi yang tampaknya tidak berbahaya.

Wawasan ini, lanjut David, menggarisbawahi pentingnya membina komunikasi terbuka dalam hubungan, menetapkan batasan yang jelas, dan mendorong literasi digital.

"Bagi para profesional keamanan siber, hal ini semakin memperkuat perlunya edukasi berkelanjutan mengenai praktik terbaik keamanan siber dan memberdayakan individu untuk membuat keputusan tepat mengenai berbagi informasi atau data pribadi dalam suatu hubungan," tutur dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya