e-Money Operator Seluler Tak Saingi Perbankan

Ilustrasi Pasar Ponsel
Sumber :
  • watblog.com

VIVAnews - Pada ajang World Economic Forum on East Asia 2011 yang berlangsung 13 Juni lalu, kalangan industri perbankan mengeluhkan akan datangnya saingan berat dalam menjalankan operasional bisnis. Bukan dari sektor keuangan, melainkan dari industri telekomunikasi yang dinilai punya cakupan operasional yang sangat luas.

Ketika itu, Gatot Suwondo, Direktur Utama BNI menyebutkan, industri telekomunikasi bisa menjadi pesaing terbesar sektor perbankan karena bisa memperluas bisnis dengan melayani kegiatan keuangan para pelanggannya.

“Dengan kata lain, industri telekomunikasi bisa memasuki dunia perbankan,” kata Gatot. "Mereka  bisa masuk arena kita, tapi kita nggak bisa masuk arena mereka," ucapnya.

Namun demikian, menurut Bambang Supriyogo, Vice President T-cash Management Telkomsel, bisnis mobile wallet yang dikembangkan sejumlah operator telekomunikasi di Indonesia bukanlah untuk menyaingi ataupun merebut pangsa pasar perbankan.

“Layanan e-money atau mobile wallet, misalnya seperti T-cash yang dimiliki Telkomsel bertujuan untuk mendukung rencana pemerintah untuk membangun less cash society,” ucap Bambang pada Telkomsel Cellular Update di Jakarta, 28 Juni 2011. “Layanan seperti ini lebih sebagai alternatif alat pembayaran, khususnya untuk micropayment, yang nilainya mencapai 100 ribu per transaksi,” ucapnya.

Tidak seperti layanan perbankan, kata Bambang, menyimpan uang di layanan e-mobile ini tidak ditujukan untuk seperti menabung atau menyimpan dalam deposito layaknya seperti di bank yang memberikan bunga.

“Operator seperti kami ini tidak mencari uang dengan menggelar layanan tersebut,” kata Bambang. “Tujuan kami adalah, dengan menggelar layanan seperti ini, kami dapat mempertahankan pelanggan agar lebih setia dengan layanan kami dan tidak kerap bertukar operator,” ucapnya.

Dari pengguna yang memanfaatkan layanan mobile money tersebut, Bambang menyebutkan, pihaknya hanya mengenakan tarif Rp1.000 per transaksi.

“Adapun tujuan pemerintah mengizinkan operator telekomunikasi menggelar layanan pembayaran non cash seperti ini adalah untuk meringankan beban perbankan termasuk Bank Indonesia,” kata Bambang.

Dengan melakukan pembayaran mikro non cash, Bambang menyebutkan, BI juga akan dapat mengurangi produksi uang tunai dan juga akan menurunkan biaya operasional. “Selain itu juga dapat membantu meningkatkan jumlah transaksi yang akhirnya akan mempercepat pertumbuhan ekonomi,” ucapnya.

Mobile money akan sangat terasa manfaatnya di daerah-daerah terpencil yang sulit terjangkau oleh ATM ataupun layanan perbankan lainnya. “Cukup menggunakan layanan telekomunikasi, mereka dapat melakukan transaksi apapun dengan nilai tertentu,” ucap Bambang.

Sejak tahun 2003, Telkomsel sendiri sudah bekerjasama dengan pihak perbankan untuk menggelar layanan keuangan bagi para nasabah perbankan. “Kami menjadi perpanjangan tangan yang membantu perbankan, misalnya lewat layanan mobile banking,” ucap Bambang.

Bambang menyebutkan, ke depannya tidak menutup kemungkinan bahwa operator telekomunikasi juga bekerjasama lebih erat dengan perbankan untuk menggelar layanan mobile money ini. “Misalnya saat pengguna ingin mencairkan dana mobile wallet miliknya di mesin ATM,” ucapnya.

Saat ini, di Jepang, Korea Selatan, Filipina, China, dan negara-negara lain, mobile commerce yang digelar oleh para operator seluler telah berkembang. Baik menggunakan infrastruktur SMS, Java, ataupun contactless.

Di Indonesia, dari 11 operator seluler yang sudah menggelar layanannya, beberapa sudah mendapatkan lisensi untuk menggelar layanan mobile wallet dari Bank Indonesia yakni Indosat, XL, Axis, Smartfren, dan Telkomsel.

Film Keajaiban Air Mata Wanita Sajikan Keajaban dan Kehangatan
Mobil All New Agya GR Sport

Bikin Istri dan Pacar Senang, Ini Pilihan Mobil Baru Buat Gaji UMR

Bagi karyawan yang bekerja di Jakarta dengan rata-rata gaji UMR, atau upah minimum regional sebesar Rp5 jutaan, ada beberapa mobil baru yang bisa dibeli dengan kredit....

img_title
VIVA.co.id
11 Mei 2024