Sumber :
VIVAnews -
Tanpa disadari, kejahatan siber
(cyber crime)
ternyata menelan kerugian pengguna secara signifikan meski dilihat dari jumlah korban menunjukkan tren penurunan tahun ini.
Hal itu terangkum dalam laporan tahunan Symantec,
Norton Report 2013.
Di dalam laporan itu, disebutkan jumlah korban kejahatan siber tahun 2013 adalah 41 persen, dibandingkan jumlah korban tahun sebelumnya yang mencapai 46 persen.
"Penjahat siber dewasa ini mulai menyerang via
pushing e-mail
. Untuk itu perlu edukasi bagi anggota keluarga Anda, terutama di tengah banyaknya aplikasi," ujar Philip Routley, Product Marketing Manager for Consumer and Small Business Asia Selatan Symantec, dalam pemaparan laporan di Hotel Meridien, Jakarta Kamis 17 Oktober 2013.
Namun, meski jumlah korban menurun, tren yang terjadi pada dampak kerugian akibat kejahatan maya itu justru terbalik. Laporan itu menjabarkan nilai kerugian rata-rata korban meningkat 50 persen dalam setahun.
"Rata-rata kerugian meningkat dari US$197 (Rp2,23 juta) pada 2012 menjadi US$298 (Rp3,38 juta) per orang pada tahun 2013," tambah Philips.
Dia menambahkan potensi kejahatan siber makin besar pasalnya konsumen menggunakan perangkat mobile untuk menunjang aktivitas sehari-hari.
Baca Juga :
Komnas KIPI, Sebut Penyakit TTS akan Muncul 4 Sampai 42 Hari Setelah Vaksin AstraZeneca Disuntikkan
Faktor lain yang mendasar dan membuka celah bagi penjahat siber, kata Philips, adalah rendahnya kesadaran pengguna akan keamanan saat berjejaring sosial. Misalnya, lupa melakukan
log out
atau memberitahu kata kunci
(password)
ke orang lain.
Survei Norton Report 2013 ini dilakukan pada 4 Juli-1 Agustus 2013 dengan responden dewasa berusia 16-64 tahun sebanyak 13.022 orang di 24 negara di lima benua. Sebanyak 1.000 responden diwawancarai online di AS Dan India sisanya di negara lain. (eh)
Halaman Selanjutnya
Faktor lain yang mendasar dan membuka celah bagi penjahat siber, kata Philips, adalah rendahnya kesadaran pengguna akan keamanan saat berjejaring sosial. Misalnya, lupa melakukan