Kapan Krisis Semikonduktor Berakhir?

Chipset Qualcomm Snapdragon 888.
Sumber :
  • CNET

VIVA – Krisis semikonduktor yang melanda industri elektronik dan otomotif diharapkan mulai membaik tahun ini.

Qualcomm Snapdragon X Plus, Chipset Pendukung Laptop AI

"Semester kedua tahun ini kami harap situasi semakin membaik dan kami bisa memenuhi permintaan OEM (original equipment manufacturer)," kata Manajer Senior Pengembangan Bisnis Qualcomm Indonesia, Dominikus Susanto, Selasa, 15 Februari 2022.

Ia juga menyatakan krisis semikonduktor tidak hanya menimpa Qualcomm, tapi, juga seluruh industri chipset. Berbagai industri terdampak kekurangan pasokan semikonduktor sejak pandemi COVID-19 berlangsung.

DPP Berani Ungkap Indonesia sedang Dilanda Krisis Paling Berbahaya

Qualcomm beberapa waktu lalu mengumumkan kemitraan dengan Ferrari untuk pengadaan microchip pada kendaraan Formula 1.

Krisis semikonduktor terjadi karena berbagai faktor, salah satunya pandemi COVID-19 yang membuat penggunaan barang-barang elektronik naik. Akibatnya, permintaan chip pun naik.

Anindya Bakrie: Ekonomi RI Kuat Hadapi Krisis Timur Tengah

Sementara itu, untuk membuat pabrik baru agar produksi chip memerlukan waktu yang tidak sebentar. Berbagai pemain di industri chip melakuan beragam cara untuk mengatasi krisis.

Intel baru saja mengumumkan sedang menyelesaikan negosiasi untuk membeli perusahaan semikonduktor dari Israel. Foxconn bekerja sama dengan Vedanta untuk membuat semikondutor di India.

Sebelumnya, raksasa teknologi Jepang Toshiba memprediksi tidak akan dapat memenuhi permintaan chip pengatur daya atau semikonduktor hingga akhir 2022.

Pernyataan ini seakan menjadi peringatan baru bagi pembuat mobil, elektronik seperti ponsel pintar dan konsol game, serta mesin industri yang berjuang dengan kelangkaan chip.

Menurut Direktur Toshiba, Takeshi Kamebuchi, kekurangan bahan dan permintaan yang melebihi kapasitas output harus disalahkan atas ketidakmampuan Toshiba untuk memenuhi pesanan untuk komponen yang tidak memerlukan teknologi produksi canggih dan biasanya dianggap sebagai komoditas.

"Kami berencana menginvestasikan 60 miliar Yen (US$545 juta/Rp7,7 triliun) dalam tiga tahun hingga Maret 2024 untuk meningkatkan output semikonduktor daya," tuturnya.

Pembuat mobil termasuk Toyota Motor dan Volkswagen AG harus menghentikan atau mengurangi produksi karena kekurangan chip yang meluas.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya