Mitos Seputar Baterai Ponsel

Baterai ponsel.
Sumber :
  • Unsplash

VIVA – Ada mitos yang dulunya sangat dipercaya untuk menjaga baterai ponsel tetap bugar dan tahan lama, yakni membiarkannya habis sampai nol sebelum diisi ulang. Sayang, hal ini tidak lagi dianggap sebagai praktik terbaik. Faktanya, cara seperti itu sebenarnya akan memperpendek umur ponsel.

Kementerian ESDM Ajak Masyarakat Konversi Motor BBM ke Listrik Gratis, Begini Caranya

Alih-alih untuk menjaga baterai tetap sehat dan memastikan baterai dapat mempertahankan daya sebanyak mungkin, isilah daya ponsel secara teratur dan hindari membiarkannya turun hingga 5 persen.

Penjelasannya adalah semua baterai lithium-ion di ponsel modern pada dasarnya terdiri dari dua bagian. Anoda (tempat semua daya disimpan) dan katoda (tempat semua energi disalurkan). Di antara mereka ada lapisan yang disebut elektrolit.

Krisis Energi, Presiden Ekuador Umumkan Keadaan Darurat

Anoda diisi dengan elektron dimana katoda ingin menyedot elektron tersebut. Elektrolit mempersulit elektron tersebut untuk melewatinya, sehingga menghasilkan daya. Anggap saja sebagai pembangkit listrik hidrolik di tingkat atom. Saat mencolokkan kembali ponsel untuk mengisi daya, elektron mengalir kembali dari katoda ke anoda.

Jadi, mengapa baterai lithium-ion akhirnya kehilangan kemampuannya untuk menahan muatan sebanyak itu? Pertama, jika baterai lithium-ion pernah sampai di angka nol, baterai itu tidak akan pernah terisi daya lagi.

Akhiri Masa Siaga, PLN Sukses Layani Kelistrikan Nasional Selama Idul Fitri 2024

Ketika ponsel sudah harus diisi karena memiliki sisa masa pakai baterai hanya 2 persen, maka itu sebenarnya bohong. Sebab, baterai tersebut memiliki kekuatan lebih dari itu. Tetapi jika digunakan semuanya maka baterai tidak akan lagi berguna.

Tapi, yang lebih penting adalah kemampuan elektron untuk mentransfer dengan lancar antara anoda dan katoda menurun seiring waktu. Setiap kali baterai ponsel bekerja, lapisan kotoran menumpuk di anoda. Hal yang sama terjadi pada katoda, dengan kotorannya yang disebut oksidasi elektrolit.

Kedua hal ini akan mencegah anoda dan katoda menyimpan elektron sebanyak sebelumnya. Siklus yang buruk pada akhirnya akan membuat baterai berhenti menyimpan banyak elektron dan baterai ponsel mulai mati setelah lima jam, bahkan setelah pengisian 100 persen.

Inilah sebabnya mengapa setiap baterai lithium-ion dinilai untuk sejumlah siklus tertentu. Hampir untuk setiap perangkat konsumen, termasuk baterai ponsel, melansir dari laman NYMag, Rabu, 2 Juni 2021.

Ketika pengguna ponsel pintar atau smartphone secara konsisten membakar 100 persen daya baterai, mereka akan mulai melihat baterai ponsel kehilangan kemampuannya untuk menahan muatan setelah 300 hingga 500 siklus.

Tapi, jika hanya menggunakan baterai hingga 50 persen, sebelum mencolokkannya kembali ke pengisian daya, baterai ponsel bisa digunakan hingga 1.200 siklus.

Jika ingin mengatur pengisian daya baterai lebih baik mengisi daya hampir penuh atau tidak mencapai 100 persen. Mengisi daya hingga 100 persen menghasilkan sedikit panas, sesuatu yang tidak disukai baterai lithium-ion.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya